Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Why 15:5
Full Life: Why 15:5 - KEMAH KESAKSIAN.
Nas : Wahy 15:5
Yohanes melihat suatu Bait Suci di sorga seperti kemah pada masa PL
yang berisi Sepuluh Perintah Allah (bd. Kel 32:15; 40:34-35). I...
Nas : Wahy 15:5
Yohanes melihat suatu Bait Suci di sorga seperti kemah pada masa PL yang berisi Sepuluh Perintah Allah (bd. Kel 32:15; 40:34-35). Ini menandakan bahwa hukuman-hukuman itu merupakan akibat dari perlawanan Allah terhadap dosa dan penolakan manusia akan hukum dan Firman-Nya.
Jerusalem: Why 4:1--16:21 - -- Dalam bab-bab ini dahulu Allah digambarkan duduk di atas takhtaNya di sorga diiringi isi sorga, bab 4. Kemudian pandangan merangkum dunia semesta yang...
Dalam bab-bab ini dahulu Allah digambarkan duduk di atas takhtaNya di sorga diiringi isi sorga, bab 4. Kemudian pandangan merangkum dunia semesta yang nasibnya diserahkan kepada Anak Domba. Ini dilambangkan oleh Kitab yang dimeterai, yang diserahkan kepada Anak Domba, bab 5. Lalu menyusullah berbagai penglihatan besar yang berupa lambang. Penglihatan-penglihatan itu, bab 6-16, menyiapkan "Hari Besar", yakni hari murka Allah menimpa para penganiaya, bab 17-19.
Jerusalem: Why 15:1--16:21 - -- Penglihatan tentang tujuh cawan (malapetaka) ini mengulang penglihatan tentang tujuh sangkakala, Wah 8:2 dst. Antara Wah 15:1 dan Wah 15:5 disisipkan ...
Jerusalem: Why 15:5--16:21 - -- Bagian ini menggambarkan malapetaka-malapetaka, Wah 15:1, yang mendatangi Babel (=Roma). Seperti halnya dalam bab 8-9, demikianpun di sini orang terin...
Bagian ini menggambarkan malapetaka-malapetaka, Wah 15:1, yang mendatangi Babel (=Roma). Seperti halnya dalam bab 8-9, demikianpun di sini orang teringat akan tulah-tulah yang menimpa negeri Mesir dahulu. Malaikat-malaikat yang bertugas menimpakan malapetaka-malapetaka itu keluar dari "kemah kesaksian" ialah Bait Allah yang sejati di sorga, Wah 11:19. Dalam rangka suatu penampakan Allah diselenggarakan ibadat keadilan.
Ref. Silang FULL -> Why 15:5
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Why 15:5 - -- 15:5 Kemudian dari pada itu aku melihat orang membuka513 Bait Suci - kemah kesaksian - di surga.
Sisipan ayat yang terdiri dari pasal 15:2-4 sudah ber...
Hagelberg: Why 15:5 - -- 15:5 Kemudian dari pada itu aku melihat orang membuka513 Bait Suci - kemah kesaksian - di surga.
Sisipan ayat yang terdiri dari pasal 15:2-4 sudah ber...
Hagelberg: Why 6:1--20:3 - -- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
Bentuk Bagian Ini
Bentuk bagian yang mengisahkan masa kesengsaraan ini menarik. Ada tujuh segel, tujuh sangkakala, dan...
B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
Bentuk Bagian Ini
Bentuk bagian yang mengisahkan masa kesengsaraan ini menarik. Ada tujuh segel, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan. (Mungkinkah Mazmur 79:12, yang berkata, "Dan balikkanlah ke atas pangkuan tetangga kami tujuh kali lipat cela yang telah didatangkan kepada-Mu, ya Tuhan!" melatarbelakangi hukuman tujuh segel, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan?) Segel, sangkakala, dan cawan ini merupakan kerangka atau garis besar dari bagian ini. Enam segel itu dibuka Tuhan, disertai hukuman atas bumi. Lalu segel yang ketujuh terdiri dari tujuh sangkakala.299 Keenam sangkakala pertama diceritakan, lalu yang ketujuh terdiri dari tujuh cawan. Struktur ini menekankan dahsyatnya hukuman atas "mereka yang diam di bumi". Segel yang ketujuh merupakan ketujuh sangkakala, dan sangkakala yang ketujuh merupakan ketujuh cawan.300 Jadi, sesudah "yang diam di bumi" mengalami hukuman-hukuman dahsyat yang mulai dari segel yang pertama sampai dengan segel yang keenam, mungkin mereka akan berpikir, "Tinggal hanya satu hukuman lagi, bukankah ada tujuh segel?" Tetapi mereka akan heran, sebab yang "satu" lagi itu terdiri dari tujuh hukuman lagi, yang ditandai dengan tujuh sangkakala. Lalu, sesudah hukuman-hukuman dari enam sangkakala, mungkin mereka akan berpikir, "Akhirnya, hanya satu hukuman lagi..." tetapi mereka akan heran, karena yang "satu" lagi itu terdiri dari tujuh hukuman lagi, yang disebut tujuh cawan.301
Struktur ini menekankan betapa dahsyatnya hukuman-hukuman itu. Selain itu, ternyata segel, sangkakala, dan cawan menjadi garis besar, kerangka, atau "rantai" kisah ini. Selain "rantai kisah" ini ada beberapa hal lain yang juga disisipkan. Setiap "tambahan" ini juga merupakan dorongan untuk ketujuh jemaat itu.
Bagian ini menceritakan "Masa Kesengsaraan", yang merupakan "minggu" yang ke-70 dalam Kitab Daniel pasal 9, suatu masa yang berkelanjutan tujuh tahun. Di antara nas-nas yang lain, Amos 5:18-20 menceritakan kesengsaraan yang akan dialami umat Israel pada masa itu.
Menurut tafsiran lain, keenam segel dalam Wahyu 6 melambangkan masa ini, "zaman gereja", yang penuh dengan peperangan dan penderitaan seperti dikatakan di dalam Markus 13:5-13 ("Semua itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru").
Tetapi paham tersebut agak sulit diterima, kalau kita membaca 6:8, "Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang ada di bumi." Jadi kalau segel yang keempat dibuka, paling tidak kira-kira satu milyar orang akan dibunuh. Itu bukan zaman sekarang. Alasan lain berkaitan dengan permintaan Tuhan Yesus, yang disebutkan dalam Wahyu 5 dan Mazmur 2:8. Seandainya enam segel itu menceritakan keadaan kita dalam "zaman gereja", artinya gulungan kitab itu sudah diminta Tuhan, dan segel itu sedang dibuka. Dengan demikian, menurut tafsiran tersebut, pembukaan enam segel menghabiskan waktu 2000 tahun, tetapi tujuh sangkakala dan tujuh cawan hanya makan waktu kurang dari tiga tahun. Ini tidak mustahil, tetapi agak aneh.
Lebih baik, sesuai dengan dahsyatnya pembukaan segel dan kepentingan pengambilan gulungan kitab, pengambilan gulungan kitab dianggap permulaan Masa Kesengsaraan, dan pembukaan segel dianggap sebagai sebagian dari hukuman Allah atas "yang diam di bumi" pada Masa Kesengsaraan. Hukuman yang dahsyat harus mendahului pendirian Kerajaan Allah di bumi, sangat jelas dalam Amos 5:18-20 dan Yesaya 2:12-21.
Isi Bagian Ini
Dari segi isi (bukan bentuk), bagian ini ada kesamaannya dengan Markus 13 (juga Matius 24 dan Lukas 21), saat Tuhan Yesus bernubuat mengenai akhir zaman. Beasley-Murray302 mencatat kesamaan-kesamaan tersebut sebagai berikut:
1. Perang-perang |
1. Perang-perang |
2. Perselisihan inter- nasional |
2. Perselisihan inter- nasional |
3. Gempa bumi |
3. Kelaparan |
4. Kelaparan |
4. Wabah/sampar |
5. Penganiayaan |
5. Penganiayaan |
6. Gerhana, bintang berjatuhan, goncangan kuasa-kuasa langit |
6. Gempa bumi, gerhana, bintang berjatuhan, pembesar bersembunyi di gua, langit menyusut |
Hagelberg: Why 4:1--22:21 - -- III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi s...
III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi sesudah ini") dan 4:1 ("Naiklah kemari dan Aku akan menunjuk kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini") kita mengetahui bahwa pasal 4 merupakan permulaan dari bagian ketiga. Bagian ketiga ini akan menceritakan "apa yang akan/harus terjadi sesudah" hal-hal mengenai ketujuh jemaat. Apa yang dibahas dalam pasal 1-3 sudah terjadi. Ketujuh jemaat itu sudah tidak ada lagi, sedangkan apa yang digambarkan dalam pasal 4-22 belum terjadi.
Fungsi bagian ini:
Memang Tuhan Yesus sudah menjanjikan pahala yang indah dan hebat kepada yang setia, kepada "barangsiapa yang menang", kepada "yang menuruti apa yang tertulis di dalam" Kitab Wahyu. Dalam bagian ketiga ini dibuktikan bahwa janji-janji itu bukan omong kosong, tetapi Dia mampu menggenapi janji-Nya, karena Dia akan mengalahkan musuh-Nya dan mendirikan Kerajaan-Nya. Juga, mereka yang menganiaya anggota jemaat Kristus akan dikalahkan oleh Raja atas segala raja, sehingga mereka yang dianiaya akan dihibur dan didorong untuk setia di dalam penganiayaan.
Struktur bagian ini:
Struktur bagian ini dapat dibagi ke dalam beberapa bagian, sebagai berikut:
Visi Takhta sebagai Pendahuluan, 4:1-5:14
Masa Kesengsaraan, 6:1-20:3
Kerajaan Seribu Tahun, 20:4-15
Yerusalem yang Baru, 21:1-22:5
Penjelasan Akhir dari Penglihatan, 22:6-17
Bagian Penutup dari Kitab, 22:18-21
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Why 15:5-8
Matthew Henry: Why 15:5-8 - Kemunculan Ketujuh Malaikat; Perlengkapan Ketujuh Malaikat Kemunculan Ketujuh Malaikat; Perlengkapan Ketujuh Malaikat (15:5-8)
I. Bagaimana ketujuh malaikat ini muncul (ay. 5). Di sini ada rujukan k...
Kemunculan Ketujuh Malaikat; Perlengkapan Ketujuh Malaikat (15:5-8)
- I. Bagaimana ketujuh malaikat ini muncul (ay. 5). Di sini ada rujukan ke tempat yang kudus dalam Kemah Pertemuan dan Bait Suci, di mana ada tutup pendamaian, yang di atas tabut hukum Allah. Dalam semua penghakiman yang sekarang hendak Allah laksanakan ini, Ia sedang memenuhi firman dan perjanjian-Nya, yang selalu ada di hadapan-Nya.
- II. Bagaimana ketujuh malaikat itu diperlengkapi. Mereka berkilau-kilauan (ay. 6). Ini sudah menjadi kebiasaan dari para imam besar ketika mereka masuk ke dalam Bait Suci untuk bertanya kepada Allah dan keluar dengan sebuah jawaban dari Dia. Mereka melakukan segala sesuatu dengan cara yang murni dan kudus. Senjata ketujuh malaikat itu adalah tujuh cawan dari emas yang penuh berisi murka Allah. Mereka dipersenjatai dengan murka Allah melawan musuh-musuh-Nya.
- III. Ketujuh malaikat itu dibungkus dalam awan asap, yang memenuhi Bait Suci, asap yang berasal dari kehadiran Allah yang teramat mulia dan penuh kuasa. Ini terjadi supaya seorangpun tidak dapat memasuki Bait Suci itu, sampai pekerjaan itu selesai dilakukan. Allah sendiri sekarang sedang berbicara kepada jemaat dan kepada seluruh dunia, melalui perkara-perkara mengerikan yang terjadi sebagai perbuatan yang benar dan adil. Tetapi, ketika pekerjaan ini rampung, Bait Suci akan dibukakan.
SH: Why 15:5--16:21 - Terlambat sudah (Jumat, 5 Desember 2014) Terlambat sudah
Di satu sisi, cawan dan murka menandakan hukuman Allah. Di sisi lain, cawan dan murka mencerminkan kondisi kemarahan Allah. Kemaraha...
Terlambat sudah
Di satu sisi, cawan dan murka menandakan hukuman Allah. Di sisi lain, cawan dan murka mencerminkan kondisi kemarahan Allah. Kemarahan Allah terhadap kebejatan perilaku dan kedegilan hati manusia membuat kesabaran-Nya hilang.Untuk memuaskan rasa keadilan-Nya, Allah mengirim bencana mengerikan secara beruntun. Intensitas penghukuman Allah dalam setiap cawan semakin meninggi kadarnya, mulai dari bisul, kekeringan, air tercemar, polusi udara, sampai gempa bumi yang dahsyat (Why 16:2-18).
Tujuh malapetaka ini memiliki sedikit kemiripan antara sepuluh tulah di Mesir (Kel. 7:20-25) dan suara tujuh sangkakala (Why 8-11). Yang berbeda hanyalah cakupan wilayah dan daya rusaknya. Malapetaka di Keluaran 7:20-25 dan Wahyu 8-11 bersifat terbatas dalam lingkup tertentu. Lain halnya dengan kehancuran di Wahyu 15:5-16:21 memiliki daya rusak yang menyeluruh. Contohnya, semua pulau dan gunung hilang; bongkahan besar hujan es seperti meteor yang menghantam bumi. Tidak ada orang berdosa yang dapat lolos dari penghakiman Allah.
Yang menarik di sini adalah kebebalan pikiran dan hati manusia. Setiap murka Allah yang dituangkan ke dunia tidak membuat mereka bertobat. Kegelapan hati mereka semakin menjadi-jadi sampai mereka memaki, menghujat, dan mengutuki Allah (Why 16:9, 11, 14, 21). Peristiwa ini sama seperti yang terjadi pada diri Firaun, di mana Allah mengeraskan hati Firaun dengan tujuan membinasakannya. Demikian juga dengan manusia akhir zaman, di mana Allah mengeraskan hati yang gelap menjadi lebih pekat. Tujuan Allah adalah menuntut keadilan bagi darah orang-orang kudus-Nya. Seperti kisah Kain membunuh Habel sehingga darah Habel berteriak kepada Allah meminta keadilan. Dengan hancurnya bumi dan langit yang lama, baru ada harapan munculnya bumi dan langit yang baru.
Allah itu panjang sabar, namun bukan berarti kesabaran Allah tidak punya batas. Selama masih ada kesempatan, marilah kita memperbarui diri dan hidup benar dihadapan-Nya.
SH: Why 15:5-8 - Titik Tidak Bisa Kembali (Minggu, 9 Oktober 2022) Titik Tidak Bisa Kembali
Di dalam dunia penerbangan dikenal istilah point of no return (titik tidak bisa kembali). Istilah itu digunakan untuk menega...
Titik Tidak Bisa Kembali
Di dalam dunia penerbangan dikenal istilah point of no return (titik tidak bisa kembali). Istilah itu digunakan untuk menegaskan bahwa penerbangan harus dilanjutkan sampai ke tujuan. Istilah itu kemudian menjadi analogi untuk setiap proses yang tidak dapat dihentikan atau dikembalikan ke kondisi semula.
Tepat seperti itulah yang terjadi dalam bacaan hari ini. Tujuh malaikat menerima tujuh cawan murka Allah untuk dicurahkan ke atas bumi (5-7). Segera setelah mereka berangkat, Bait Suci di surga, tempat kediaman Allah, tertutup bagi siapa pun (8). Tidak ada lagi yang bisa datang mendekat untuk menaikkan syafaat. Tidak ada lagi negosiasi. Seperti pintu bahtera Nuh yang ditutup rapat menjelang air bah, pintu pengampunan Allah tertutup rapat sampai murka-Nya selesai tercurah.
Hal itu membuat kita harus berefleksi. Ada banyak hal yang tidak selalu kita hargai dalam hidup salah satunya adalah pengampunan Allah. Buktinya, kita sering menunda untuk bertobat atau mengampuni orang lain. Kita berpikir, "Masih ada hari esok." Padahal, hari esok belum tentu datang.
Tanpa sadar, penundaan itu membawa kita melewati point of no return. Hasilnya, kepribadian kita berubah secara permanen, amarah kita berujung petaka, atau relasi kita dengan seseorang terputus untuk selamanya. Hal yang paling mengerikan dari segalanya adalah point of no return yang bernama "neraka". Itu adalah tempat di mana Tuhan berkata: "Sudah terlambat, anak-Ku!"
Karena itu, mari kita belajar mensyukuri waktu yang ada selagi kita masih bisa bertobat. Mari kita belajar menghargai setiap kesempatan mengaku dosa kepada Allah. Mengapa Anda mau binasa dalam kekekalan hanya karena tidak mau mengambil waktu barang sejam saja untuk bertobat dan meminta ampun kepada Allah?
Cawan-cawan murka Allah akan tersedia pada akhir zaman. Namun, sesungguhnya samudera pengampunan telah disediakan Allah melalui karya salib Kristus dua ribu tahun yang lalu. Jika kita mengaku dosa-dosa kita saat ini, maka Ia akan menyucikan kita dari segala kejahatan (1Yoh. 1:9). [PHM]
SH: Why 15:1-8 - Patutlah Allah dipuji dan disembah sepanjang abad (Senin, 11 November 2002) Patutlah Allah dipuji dan disembah sepanjang abad
Di pasal 15 iniâ€â€melalui penglihatan Yohanesâ€â€kita diingatkan
...
Patutlah Allah dipuji dan disembah sepanjang abad
Di pasal 15 iniâ€â€melalui penglihatan Yohanesâ€â€kita diingatkan kembali tentang sifat Allah yang adil dan benar; Allah yang menghukum dan memulihkan; Allah yang dalam segala perbuatan-Nya, selalu mengingatkan umat akan perbuatan-perbuatan-Nya terdahulu. Dalam penglihatan Yohanes, kita melihat dua hal. Pertama, penglihatan Yohanes yang sangat serupa dengan keadaan yang terdapat di kitab Keluaran pasal 14 dan 15 (ayat 2). Penglihatan ini memaparkan kepada kita tentang ungkapan syukur orang-orang Israel kepada Allah ketika menyeberangi Laut Merah, dan diselamatkan dari kejaran orang-orang Mesir, yang tewas dalam laut. Ungkapan syukur bagi Allah tersebut mereka kumandangkan lewat nyanyian pujian di tepi laut itu. Dalam nyanyian tersebut terungkap pengakuan kekal sepanjang masa bahwa Allahlah yang membebaskan mereka. Bahkan dalam setiap upacara pengorbanan domba Paskah, nyanyian ini yang terus-menerus dinyanyikan. Hal menarik untuk kita perhatikan, yaitu mengenai dua nyanyian: nyanyian Musa dan nyanyian Anak Domba (ayat 3-4) – dalam Perjanjian Baru, Anak Domba adalah sebutan untuk Yesus Kristus. Mengapa kedua nyanyian tersebut saling terkait? Pembebasan yang Allah demonstrasikan melalui Musa di Perjanjian Lama, yang adalah fakta sejarah, mengarahkan kita pada fakta pembebasan yang sempurna dan sejati dalam Perjanjian Baru, yaitu pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib.
Kedua, Yohanes melihat sesuatu yang menakutkan (ayat 5-8). Dia melihat tujuh malaikat yang menampakkan kekudusan Allah sambil membawa tujuh malapetaka (ayat 6). Ketujuh malapetaka ini masih merupakan perwujudan murka Allah yang terakhir (ayat 1,7). Penglihatan ini mengingatkan umat bahwa benar ini adalah hukuman yang terakhir, yang mengakhiri murka Allah. Tetapi, justru dalam penghukuman terakhir inilah, Allah mencurahkan penghukuman yang sebenar-benarnya, dan sepenuh-penuhnya.
Renungkan:
Orang Kristen yang bijaksana adalah orang Kristen yang memiliki
sikap takut kepada Tuhan.
SH: Why 15:1-8 - Murka Allah berakhir (Selasa, 12 Desember 2006) Murka Allah berakhir
Perikop ini terletak di antara pasal 12-14 dan pasal 16. Pasal 12-14
memaparkan konflik semakin dahsyat yang ditimbulkan si...
Murka Allah berakhir
Perikop ini terletak di antara pasal 12-14 dan pasal 16. Pasal 12-14 memaparkan konflik semakin dahsyat yang ditimbulkan si jahat dan para pengikutnya terhadap umat Kristus. Pasal 16 memaparkan pencurahan cawan-cawan murka Allah. Pasal ini semacam pengantar yang menegaskan bahwa murka Allah akan mengakhiri segala macam kejahatan. Umat Allah akan menang melalui berbagai konflik dahsyat itu, semua milik Allah mengakui bahwa Ia mulia, kudus, benar dalam penghakiman-Nya (15:4).
Meski cawan-cawan murka Allah belum dibuka, namun Yohanes menegaskan bahwa murka itu adalah yang terakhir. Bentuk murka itu mungkin saja masih mengulang berbagai bentuk murka yang terus terjadi sepanjang sejarah manusia, namun yang terakhir nanti akan demikian dahsyat dan akhir murka Allah. Puncak murka Allah kelak menyatakan penuh kebenaran Allah dan mengakhiri semua yang tidak tunduk kepada kebenaran-Nya. Hal ini dilambangkan dengan angka tujuh, gambaran kesempurnaan atau kepenuhan (1), kata "terakhir" dan "berakhir" (1b), dan dari dampak fatal yang bersifat final dari tiap murka yang dipaparkan di pasal 16.
Apa motif utama pencurahan murka Allah? Pertama, menegakkan kemuliaan, kekudusan dan kebenaran-Nya seperti yang diakui oleh pujian umat tebusan Allah. Kedua, menaklukkan dan mengakhiri segala bentuk kejahatan. Hal ini dilambangkan dengan lautan (sumber kekacauan dan pergolakan) kaca bercampur api (2) kini telah takluk dan tenang, tidak lagi berdaya jahat terhadap Allah atau umat-Nya. Ketiga, membuat kesetiaan dan kemenangan umat Allah terjamin penuh (2b). Semua pengikut Kristus yang pernah teraniaya atau mengalami berbagai bentuk kejahatan si Iblis serta para pengikutnya, kini menaikkan pujian pembebasan dari Allah (nyanyian Musa, dan nyanyian Anak Domba).
Renungkan: Hadirat Allah sumber anugerah, kini menjadi sumber penghakiman ngeri itu sehingga seisi surga tidak tahan menyaksikan murka-Nya (8).
Utley -> Why 15:5-8
Utley: Why 15:5-8 - --NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 15:5-85 Kemudian dari pada itu aku melihat orang membuka Bait Suci--kemah kesaksian--di sorga, 6 Dan ketujuh malaikat deng...
NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 15:5-8
5 Kemudian dari pada itu aku melihat orang membuka Bait Suci--kemah kesaksian--di sorga, 6 Dan ketujuh malaikat dengan ketujuh malapetaka itu, keluar dari Bait Suci, berpakaian lenan yang putih bersih dan berkilau-kilauan dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas. 7 Dan satu dari keempat makhluk itu memberikan kepada ketujuh malaikat itu tujuh cawan dari emas yang penuh berisi murka Allah, yaitu Allah yang hidup sampai selama-lamanya. 8 Dan Bait Suci itu dipenuhi asap karena kemuliaan Allah dan karena kuasa-Nya, dan seorangpun tidak dapat memasuki Bait Suci itu, sebelum berakhir ketujuh malapetaka dari ketujuh malaikat itu.
Wahy 15:5 "membuka Bait Suci--kemah kesaksian--di sorga" Dalam Wahy 4:1 sebuah pintu di surga dibuka bagi Yohanes; di Wahy 11:19 Tabut Perjanjian muncul di Bait Allah untuk dilihat orang percaya. Sekarang keseluruhan tabernakel surgawi muncul (lih. Kel 38:21; Bil 10:11; 17:7, Kis 7:44). Acuan PL ini dikembangkan di Ibr 9:23. Unit literature ini menggunakan Keluaran dan periode pengembaraan di padang gurun sebagai latar belakang PL. Ini melambangkan Eksodus yang kedua dari perbudakan (perbudakan dosa).
Wahy 15:6 "berpakaian lenan yang putih bersih dan berkilau-kilauan" tujuh makhluk malaikat ini datang dari bagian yang paling dalam bait suci di surga, yang menunjukkan kekuasaan mereka karena mereka berasal dari hadirat Allah. Dalam Yudaisme rabinik ada tujuh malaikat yang kuat mengelilingi takhta Allah, yang disebut "malaikat kehadiran."
Pakaian mereka digambarkan sebagai (1) "lenan" yang dikenakan oleh imam di Kel 28:4 atau (2) ASV menerjemahkan ini sebagai "batu mulia" yang mengikuti uncial manuskrip Yunani A dan C, dan dapat menjadi acuan untuk Yeh 28:13 sebagai pakaian malaikat dari Taman Eden.
Jika dua pengandaian dasar dari kritik tekstual: (1) pembacaan yang paling sulit mungkin adalah yang asli dan (2) bacaan yang paling menjelaskan varian mungkin yang asli, maka "batu" adalah pilihan yang mungkin.
□ "dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas" ini sangat mirip dengan malaikat yang ditemukan di Dan 10:05 atau untuk Kristus sendiri dalam Wahy 1:18. Jelas malaikat yang sangat kuat yang mewakili Allah.
Wahy 15:7 "tujuh cawan dari emas yang penuh berisi murka Allah" cawan emas dangkal ini disebutkan dalam Wahy 5:8, mengandung doa-doa orang-orang kudus. Ada koneksi ke seluruh Wahyu kepada doa anak-anak-Nya yang dianiaya dan murka Allah atas orang-orang yang tidak percaya (lihat catatan pada Wahy 7:14).
□ "yang hidup sampai selama-lamanya" Ini adalah sumpah berdasarkan akar arti dari istilah YHWH (lih. Kel 3:14). YHWH adalah satu-satunya yang hidup; semua kehidupan lain berasal dari-Nya.
Wahy 15:8 "Dan Bait Suci itu dipenuhi asap karena kemuliaan Allah" ini adalah deskripsi umum PL tentang kehadiran Allah (lih.Kel 19:18; 40:34; 1Raj 8:10-11; 2Taw 5:13-14; Yes 6:4). Ini merupakan acuan ke awan kemuliaan Shekinah yang diwakili kehadiran Allah kepada Israel selama Keluaran. Namun karena hubungan kontekstual dengan cawan, mungkin merujuk pada kelimpahan dupa mewakili doa anak-anak Tuhan bagi keadilan.
"seorangpun tidak dapat memasuki Bait Suci itu, sebelum berakhir ketujuh malapetaka dari ketujuh malaikat itu" Mungkin berarti bahwa tidak ada yang dapat menghentikan murka Allah jika sudah dimulai. murka ini sulit untuk dikorelasikansecara teologis dengan Wahy 16:9,11 yang berarti penebusan masih menjadi tujuan cawan terakhir (dan mungkin milenium dari pasal Wahy 20).
TFTWMS -> Why 15:5-8
TFTWMS: Why 15:5-8 - Berfokus Pada Persiapan Allah BERFOKUS PADA PERSIAPAN ALLAH (Wahyu 15:5-8)
Ayat 5 melanjutkan tema yang diperkenalkan di ayat 1. Yohanes menulis, "Kemudian dari pada itu aku ...
BERFOKUS PADA PERSIAPAN ALLAH (Wahyu 15:5-8)
Ayat 5 melanjutkan tema yang diperkenalkan di ayat 1. Yohanes menulis, "Kemudian dari pada itu aku melihat orang membuka Bait Suci—kemah kesaksian—di sorga" (ay. 5). Dengan melanjutkan simbolisme Keluaran, Yohanes melihat replika kemah suci yang pernah didirikan di Gunung Sinai. Kemah suci padang gurun disebut "Kemah kesaksian [atau saksi]" (Keluaran 38:21; Bilangan 1:50; lihat juga Bilangan 9:15; 17:7; 18:2; Kisah 7:44) karena menampung loh-loh batu bertuliskan Sepuluh Perintah Allah. Loh-loh batu ini mengandung "kesaksian terhadap tuntutan Allah yang tak kenal kompromi dan keadilan yang tak terelakkan."40
Entah bagaimana memang agak membingungkan membaca kata "bait suci" dan kata "kemah suci" dalam satu kalimat yang sama. Kita biasanya membayangkan bait suci dan kemah suci sebagai bangunan yang terpisah, bait suci menggantikan kemah suci pada zaman Salomo. Kata Yunani yang diterjemahkan "bait suci" adalah naos, yang mengacu kepada bagian suci bait suci atau kemah suci itu. Jadi Alkitab NEB menulis "Tempat Kudus di dalam Kemah Kesaksian sorgawi."41Dalam konteks, naos kemungkinan besar mengacu kepada Tempat Maha Kudus di dalam kemah suci,42ruangan yang berisi Tabut Kesaksian, yang di dalamnya terdapat dua loh batu. Selama Era Yahudi, Tempat Maha Kudus adalah area di mana Allah berjanji untuk bertemu umat-Nya dengan cara yang khusus.
Tujuan pembukaan tempat kudus ini adalah untuk membolehkan para utusan sorgawi tampil:43"Dan ketujuh malaikat dengan ketujuh malapetaka itu, keluar dari Bait Suci, [harfiahnya, tempat sakral]" (ay. 6a). Jadi hal itu ditekankan bahwa mereka datang dari hadirat Allah—untuk melakukan perintah-Nya.
Para malaikat itu digambarkan sebagai "berpakaian lenan yang putih bersih dan berkilau-kilauan dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas" (ay. 6b). Biasanya, kitab Wahyu tidak menggambarkan pakaian malaikat. Gambaran itu tampaknya dirancang untuk memperkuat bahwa mereka adalah agen-agen milik Allah: Allah adalah kudus dan murni, sehingga mereka berpakaian "lenan yang putih bersih dan berkilau-kilauan." Sebelumnya, Yesus digambarkan dalam jubah kerajaan, "dan dada-Nya berlilitkan ikat pinggang dari emas" (1:13); tujuh malaikat ini mengenakan pakaian yang sama.44
"Pada saat krisis, ketika presiden [Amerika Serikat] memanggil kabinetnya, … setiap orang memperhatikan para anggota kabinet itu saat muncul dan berjalan keluar dari ruang kabinet. Hal apakah yang akan mereka katakan? Apakah yang akan terja- di?"45Jenis ketegangan yang sama pasti dirasakan, pertama oleh Yohanes dan kemudian oleh para pembacanya, ketika mereka bertanya-tanya tentang tujuan para malaikat itu. Mereka tidak memiliki waktu lama untuk berspekulasi. "Dan satu dari keempat makhluk itu46memberikan kepada ketujuh malaikat itu tujuh cawan dari emas yang penuh berisi murka Allah, yaitu Allah yang hidup sampai selama-lamanya"47(ay. 7).
Ingatlah empat makhluk hidup dari adegan takhta di pasal 4.48Mereka berada "di tengah-tengah takhta itu" (4:6)—di hadirat Yang Mahakuasa. Menerima cawan dari tangan mereka adalah sama dengan ditugaskan secara pribadi oleh Allah.49
Kata Yunani untuk "cawan" mengacu kepada piring dangkal, mirip dengan bejana di bait suci, yang isinya bisa dengan mudah meluber.50Satu-satunya tempat lain tentang cawan emas yang kita baca di dalam kitab Wahyu adalah dalam adegan takhta, di mana dua puluh empat tua-tua "masing-masing memegang … satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus" (5:8). Mungkin kita melihat lagi hubungan antara doa dan penggenapan berbagai maksud Allah.
Adegan persiapan itu memiliki rincian akhir, rincian yang penting: "Dan Bait Suci itu dipenuhi asap karena kemuliaan Allah dan karena kuasa-Nya, dan seorangpun tidak dapat memasuki Bait Suci itu, sebelum berakhir ketujuh malapetaka dari ketujuh malaikat itu"(ay. 8).
Kita membaca tentang adegan ini di Keluaran 40:34, 35, setelah penyelesaian kemah suci kuno:
… awan itu menutupi Kemah Pertemuan, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci, sehingga Musa tidak dapat memasuki Kemah Pertemuan, sebab awan itu hinggap di atas kemah itu, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci.51
Meski begitu, dalam penglihatan ini, kemuliaan Allah memenuhi kemah suci sorgawi, dan tidak satu pun bisa masuk sampai cawan-cawan murka telah dicurahkan.
Kadang-kadang, kita melihat toko dengan tanda di jendelanya, yang berbunyi, "Tutup Untuk Inventarisasi." Kita tahu bahwa tidak perlu mencoba masuk ke dalam toko itu sampai para karyawan itu selesai melakukan inventarisasi. Faktanya, tabernakel di dalam penglihatan itu memiliki tanda ini: "Ditutup Untuk Penghakiman!" Sampai keadilan Allah menimpa orang yang tidak mau bertobat, tidak satu pun—manusia atau malaikat—akan dapat masuk ke hadirat-Nya. Waktu bagi belas kasihan sudah berlalu, hari kesempatan sudah hilang, dan tidak satu pun sanggup bertahan terhadap murka Tuhan.
Kita akan membahas hal ini lebih lanjut dalam pelajaran berikutnya. Untuk saat ini, perhatikanlah langkah-langkah yang terlibat dalam persiapkan untuk mengeluarkan cawan-cawan murka itu:
(1) Tempat Maha Kudus dibuka.
(2) Malaikat-malaikat diberi pakaian khusus.
(3) Para malaikat keluar dari kemah suci.
(4) Cawan-cawan disiapkan.
(5) Makhluk hidup menyerahkan cawan-cawan itu kepada para malaikat.
(6) Asap memenuhi kemah suci.
Saya menekankan langkah-langkah persiapan ini untuk menggambarkan satu prinsip penting: Di setiap saat, Allah itu sedang memperbaiki pelbagai hal, atau Ia sedang bersiap memperbaiki pelbagai hal. Kadang-kadang, ketika tampaknya Allah sedang tidak berbuat apa-apa, Ia sedang bersiap-siap untuk berbuat sesuatu. Ketika waktu yang tepat datang, Ia akan bertindak—dan tidak ada yang dapat mencegah Dia.
"… Seperti ada tertulis: 'Apa yang mata belum pernah lihat dan telinga belum pernah dengar, dan apa yang belum pernah masuk ke dalam hati manusia, … Allah telah bersiap untuk mereka yang mengasihi Dia'"(1 Korintus 2:9; NASB; huruf miring oleh saya). Berfokuslah pada persiapan Allah. Berpeganglah pada iman Anda.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjan...
Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjanjian Baru yang terakhir dan yang paling luar biasa. Kitab ini sekaligus merupakan suatu penyingkapan (Wahy 1:1-2,20), suatu nubuat (Wahy 1:3; Wahy 22:7,10,18-19), dan suatu gabungan dari tujuh surat (Wahy 1:4,11; Wahy 2:1--3:22). (Istilah "penyingkapan" (Ing. _apocalypse_) berasal dari kata Yunani _apocalupsis_, yang diterjemahkan "wahyu" dalam Wahy 1:1-20). Kitab ini merupakan suatu penyingkapan dalam kaitan dengan isinya, suatu nubuat dalam kaitan dengan beritanya dan suatu surat dalam kaitan dengan alamat tujuannya.
Lima kenyataan penting mengenai latar belakang kitab ini dinyatakan dalam pasal 1 (Wahy 1:1-20).
- (1) "Inilah wahyu Yesus Kristus" (Wahy 1:1).
- (2) Penyataan ini telah disampaikan secara adikodrati kepada penulisnya melalui Kristus yang ditinggikan, malaikat-malaikat dan penglihatan-penglihatan (Wahy 1:1,10-18).
- (3) Penyataan itu disampaikan kepada hamba Allah, Yohanes (Wahy 1:1,4,9; Wahy 22:8).
- (4) Yohanes menerima penglihatan-penglihatan dan berita penyataan ini sementara ia dalam pembuangan di Pulau Patmos (80 km sebelah barat daya kota Efesus), oleh karena Firman Allah dan kesaksian Yohanes sendiri (Wahy 1:9).
- (5) Penerima yang mula-mula dari surat ini adalah tujuh jemaat di propinsi Asia (Wahy 1:4,11).
Baik bukti sejarah maupun bukti dari isi kitab itu sendiri menunjukkan bahwa rasul Yohaneslah penulisnya. Ireneus menjelaskan bahwa Polikarpus (Ireneus mengenal Polikarpus, dan Polikarpus mengenal rasul Yohanes) telah berbicara tentang Yohanes yang menulis kitab Wahyu mendekati akhir pemerintahan Domitianus selaku kaisar Romawi (81-96 M)
Isi kitab ini mencerminkan keadaan sejarah pada zaman pemerintahan Domitianus ketika dia menuntut agar semua warga negaranya memanggil dia "Tuhan dan Allah". Pastilah, ketetapan Kaisar pada waktu itu telah menciptakan suatu pertentangan antara mereka yang dengan sukarela mau menyembah Kaisar dan orang Kristen setia yang mengakui bahwa Yesus sajalah "Tuhan dan Allah". Jadi, kitab ini telah ditulis pada suatu masa ketika orang percaya sedang mengalami penganiayaan yang hebat oleh karena kesaksian mereka, suatu situasi yang dengan jelas merupakan latar belakang kitab Wahyu itu sendiri (Wahy 1:19; Wahy 2:10,13; Wahy 6:9-11; Wahy 7:14-17; Wahy 11:7; Wahy 12:11,17; Wahy 17:6; Wahy 18:24; Wahy 19:2; Wahy 20:4).
Tujuan
Kitab ini mempunyai tiga tujuan.
- (1) Surat-surat kepada tujuh jemaat itu menyatakan bahwa suatu penyimpangan yang parah dari standar kebenaran rasuli sedang terjadi di antara banyak jemaat di Asia. Atas nama Kristus, Yohanes menulis kitab ini untuk menegur tindakan kompromi dan dosa mereka, serta menghimbau mereka untuk bertobat dan berbalik kepada kasih mereka yang mula-mula.
- (2) Mengingat penganiayaan yang diakibatkan oleh karena Domitianus memuja dirinya sendiri, kitab Wahyu telah dikirim kepada jemaat-jemaat guna meneguhkan iman, ketetapan hati, dan kesetiaan mereka kepada Yesus Kristus, serta untuk memberi semangat kepada mereka agar mereka menjadi pemenang dan tinggal setia sampai mati sekalipun.
- (3) Akhirnya, kitab ini telah ditulis untuk memperlengkapi orang percaya sepanjang zaman dengan segi pandangan Allah terhadap perang yang sengit melawan gabungan kekuatan Iblis dengan menyingkapkan hasil sejarah yang akan datang. Kitab ini secara khusus menyingkap tujuh tahun terakhir yang mendahului kedatangan Kristus kali kedua. Allah akan menang dan membenarkan orang yang kudus dengan mencurahkan murka-Nya atas kerajaan Iblis; ini akan diikuti oleh kedatangan Kristus kali kedua.
Survai
Berita nubuat dari kitab ini disampaikan melalui aneka simbol dan lambang penyingkapan yang dramatis, yang melukiskan penyelesaian akhir dari seluruh berita penyelamatan alkitabiah. Kitab ini menampakkan peran Kristus sebagai Anak Domba yang layak yang disembelih (pasal 5; Wahy 5:1-14) dan Anak Domba yang penuh murka yang akan datang untuk menghukum dunia dan membersihkannya dari kejahatan (pasal 6-19; Wahy 6:1--19:21). Gambaran simbol lain yang utama dalam kitab ini adalah naga besar (Iblis), binatang laut (antikristus), binatang bumi (nabi palsu) dan Babel Besar (pusat muslihat roh jahat dan kuasa dunia).
Setelah prolog (Wahy 1:1-8), ada tiga bagian utama dalam kitab ini. Pada bagian pertama (Wahy 1:9--3:22), Yohanes mendapatkan suatu penglihatan yang menakjubkan mengenai Kristus yang agung di tengah-tengah kaki dian (jemaat-jemaat), yang menugaskan Yohanes untuk menulis surat kepada tujuh jemaat di Asia Kecil (Wahy 1:11,19). Setiap surat (Wahy 2:1--3:22) meliputi suatu gambaran simbolis tentang Tuhan yang agung dari penglihatan pembukaan, penilaian terhadap jemaat tersebut, kata-kata pujian atau celaan atau kedua-duanya, kata-kata peringatan terhadap lima jemaat, nasihat untuk mendengar dan bertobat, dan suatu janji bagi semua yang menang. Tekanan pada angka tujuh dalam bagian ini menunjukkan bahwa surat-surat tersebut mewakili suatu keutuhan dari apa yang hendak difirmankan kepada jemaat di setiap kota dan angkatan oleh Tuhan yang agung itu.
Bagian utama kedua dari kitab ini (Wahy 4:1--11:19) berisi penglihatan-penglihatan dari perkara-perkara yang ada di sorga dan di bumi tentang Anak Domba dan peranan-Nya dalam mengakhiri sejarah. Bagian itu dimulai dengan suatu penglihatan tentang ruang pengadilan sorgawi yang mahamulia di mana Allah bersemayam dalam kekudusan dan terang yang tak terhampiri (pasal 4; Wahy 4:1-4). Pasal 5 (Wahy 5:1-14) memusatkan perhatian pada sebuah gulungan kitab yang dimeterai yang berbicara tentang nasib akhir. Gulungan kitab ini berada di tangan kanan Allah dan Anak Domba sajalah yang layak untuk membuka meterai-meterainya dan mengungkapkan isinya. Pembukaan enam meterai yang pertama (pasal 6; Wahy 6:1-17) melangsungkan penglihatan yang telah dimulai dalam pasal 4-5 (Wahy 4:1--5:14), kecuali sekarang pemandangan dialihkan ke berbagai peristiwa di bumi. Lima meterai yang pertama menyingkapkan hukuman Allah pada hari-hari terakhir yang menuntun ke arah kesudahannya. Meterai yang keenam mengumumkan murka Allah yang akan datang. "Selingan Pertama" kitab ini terdapat dalam pasal 7 (Wahy 7:1-17), yang menggambarkan pemeteraian 144.000 orang di ambang pintu kesengsaraan besar (Wahy 7:1-8) dan pahala bagi orang kudus di sorga setelah kesengsaraan besar (Wahy 7:9-17). Pasal 8-9 (Wahy 8:1--9:21) menyatakan pembukaan meterai ketujuh, penyingkapan rangkaian hukuman lain yaitu ketujuh sangkakala. "Selingan Kedua" terjadi di antara sangkakala keenam dan ketujuh, yang meliputi Yohanes dan sebuah gulungan kitab yang kecil (Wahy 10:1-11), dan dua saksi nubuat yang kuat dalam kota besar itu (Wahy 11:1-14). Akhirnya, sangkakala ketujuh (Wahy 11:15-19) berfungsi sebagai pertunjukan awal dari kesudahan segala sesuatu (ayat Wahy 1:15) dan pendahuluan adegan-adegan akhir dari rahasia Allah yang dibentangkan (pasal 12-22; Wahy 12:1--22:21).
Bagian utama yang ketiga (Wahy 12:1--22:5) memberikan suatu gambaran terinci mengenai perjuangan besar pada akhir zaman antara Allah dengan musuh-Nya, Iblis. Pasal 12-13 (Wahy 12:1--13:18) menyatakan bahwa orang kudus di bumi harus menghadapi suatu komplotan yang dahsyat dan tiga serangkai kejahatan, yang terdiri atas
- (1) si naga besar (pasal 12; Wahy 12:1-18),
- (2) binatang laut (Wahy 13:1-10), dan
- (3) binatang bumi (Wahy 13:11-18). Pasal 14-15 (Wahy 14:1--15:8) berisi penglihatan-penglihatan yang meyakinkan kembali orang-orang kudus dalam kesengsaraan besar bahwa keadilan akan menang sementara Allah akan mencurahkan murka-Nya yang terakhir atas peradaban antikristus. Kemudian, suatu penyingkapan penuh dari murka Allah terjadi dalam rangkaian tujuh cawan hukuman (pasal 16; Wahy 16:1-21), hukuman atas si pelacur besar (pasal 17; Wahy 17:1-18), dan kejatuhan Babel, Kota Besar itu (pasal 18; Wahy 18:1-24). Pada tahap ini, terjadi kegembiraan besar di sorga, dan perjamuan kawin Anak Domba dengan mempelai perempuan-Nya diumumkan (Wahy 19:1-10).
Akan tetapi, tahap terakhir yang hebat masih akan terjadi. Kemudian Yohanes melihat sorga terbuka dan Kristus keluar menunggang kuda putih sebagai Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan untuk mengalahkan binatang itu dan semua sekutunya (Wahy 19:11-21). Kekalahan Iblis yang terakhir didahului dengan terbelenggunya dia selama seribu tahun (Wahy 20:1-6). Selama masa itu Kristus memerintah bersama dengan orang-orang kudus (Wahy 20:4) dan sesudah itu Iblis akan dilepaskan untuk suatu masa yang singkat (Wahy 20:7-9) dan kemudian dicampakkan ke dalam "lautan api" untuk selama-lamanya (Wahy 20:10). Nubuat apokaliptis ini ditutup dengan penghakiman di takhta putih yang besar (Wahy 20:11-15), nasib yang tepat bagi orang jahat (Wahy 20:14-15; Wahy 21:8), serta langit yang baru dan bumi yang baru sebagai nasib akhir bagi orang kudus (Wahy 21:1--22:5). Kitab ini diakhiri dengan peringatan-peringatan untuk mengindahkan beritanya dan masuk dalam hidup yang kekal (Wahy 22:6-21).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Wahyu merupakan satu-satunya kitab PB yang digolongkan sebagai nubuat dan wahyu.
- (2) Sebagai suatu kitab apokaliptis, beritanya disampaikan dalam bentuk lambang-lambang yang menggambarkan kenyataan-kenyataan tentang masa dan peristiwa yang akan datang sambil tetap memelihara teka-teki atau rahasia tertentu.
- (3) Banyak sekali angka digunakan, termasuk angka 2; 3; 3,5; 4; 5; 6; 7; 10; 12; 24; 42; 144; 666; 1.000; 1.260; 7.000; 12.000; 144.000; 100.000.000; dan 200.000.000. Secara khusus kitab ini menonjolkan angka tujuh yang terdapat tidak kurang dari 54 kali yang melambangkan kesempurnaan atau kepenuhan.
- (4) Penglihatan-penglihatan begitu mencolok, dengan pemandangan yang sering dialih-alihkan dari tempat di bumi ke sorga, kemudian kembali lagi ke bumi.
- (5) Malaikat-malaikat dikaitkan secara jelas dengan penglihatan-penglihatan dan ketetapan-ketetapan sorgawi.
- (6) Kitab ini bersifat polemik yang
- (a) menyingkapkan sifat roh jahat dari setiap penguasa bumi yang menyatakan dirinya sebagai allah, dan
- (b) menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang agung dan penguasa atas raja-raja di bumi (Wahy 1:5; Wahy 19:16).
- (7) Kitab ini juga dramatis yang membuat kebenaran beritanya menjadi begitu hidup dan tegas.
- (8) Kitab ini bersifat roh nubuat PL tanpa menggunakan kutipan-kutipan secara formal dari PL itu sendiri.
Penafsiran
Kitab ini merupakan kitab PB yang paling sulit untuk ditafsirkan. Sekalipun para pembaca yang mula-mula barangkali memahami makna beritanya tanpa terlalu banyak mengalami kebingungan, namun pada abad-abad berikutnya pandangan yang beranekaragam mengenai makna kitab ini telah mengakibatkan lahirnya empat aliran penafsiran yang besar.
- (1) Penafsiran _preterist_ (dengan pandangan masa lampau) memandang kitab ini dan nubuat-nubuatnya sebagai hal yang telah digenapi pada masa gelaran sejarah asli dari kekaisaran Romawi, kecuali untuk pasal 19-22 (Wahy 19:1--22:21), yang masih menunggu penggenapannya pada masa yang akan datang.
- (2) Penafsiran _historicist_ (yang menekankan unsur sejarah) memandang kitab Wahyu sebagai suatu prakiraan nubuat dari seluruh perjalanan sejarah gereja sejak zaman Yohanes sampai pada zaman akhir.
- (3) Penafsiran _idealist_ (yang menekankan pemikiran ideal) menganggap lambang-lambang dalam kitab ini sebagai hal yang mengungkapkan prinsip-prinsip rohani tertentu tentang kebaikan dan kejahatan dalam sejarah pada umumnya, tanpa menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa nyata dalam sejarah.
- (4) Penafsiran _futurist_ (dengan pandangan masa yang akan datang) mendekati pasal 4-22 (Wahy 4:1--22:21) sebagai nubuat tentang peristiwa-peristiwa dalam sejarah yang hanya akan terjadi pada akhir zaman ini. Pada hakikatnya Alkitab ini menafsirkan kitab Wahyu dari sudut pandang futurist ini.
Full Life: Wahyu (Garis Besar) Garis Besar
Prolog
(Wahy 1:1-8)
I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22)
A. Penglihatan dar...
Garis Besar
- Prolog
(Wahy 1:1-8) - I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22) - A. Penglihatan dari Tuhan yang Diagungkan di Antara Kaki-Kaki Dian
(Wahy 1:9-20) - B. Berita-Nya Kepada Tujuh Jemaat
(Wahy 2:1-3:22) - II. Anak Domba yang Layak dan Peran-Nya pada Akhir Sejarah
(Wahy 4:1-11:19) - A. Penglihatan dari Ruang Pengadilan yang Megah di Sorga
(Wahy 4:1-5:14) - 1. Allah Pencipta atas Takhta-Nya Dalam Kekudusan yang Mempesona
(Wahy 4:1-11) - 2. Gulungan Kitab yang Dimeterai dan Anak Domba yang Layak
(Wahy 5:1-14) - B. Penglihatan dari Anak Domba Dalam Hubungan Dengan Tujuh Meterai
dan Tujuh Sangkakala
(Wahy 6:1-11:19) - 1. Pembukaan Enam Meterai yang Pertama
(Wahy 6:1-17)
SELINGAN PERTAMA: Dua Kumpulan Orang Banyak
(Wahy 7:1-17) - 2. Pembukaan Meterai yang Ketujuh: Tujuh Malaikat Dengan Tujuh
Sangkakala
(Wahy 8:1-6) - 3. Enam Sangkakala yang Pertama
(Wahy 8:7-9:21)
SELINGAN KEDUA: Gulungan Kitab Kecil
(Wahy 10:1-11)
Dua Orang Saksi
(Wahy 11:1-14) - 4. Sangkakala yang Ketujuh
(Wahy 11:15-19) - III.Tuhan Allah dan Kristus-Nya dalam Konflik Besar Dengan Iblis
(Wahy 12:1-22:5) - A. Perspektif mengenai Konflik Itu
(Wahy 12:1-15:8) - 1. Dari Pandangan Musuh-Musuh Bumi
(Wahy 12:1-13:18) - a. Naga Besar
(Wahy 12:1-17) - b. Binatang Laut
(Wahy 13:1-10) - c. Binatang Bumi
(Wahy 13:11-18) - 2. Dari Pandangan Sorga
(Wahy 14:1-20)
SELINGAN KETIGA: Tujuh Malaikat dengan Tujuh Malapetaka
(Wahy 15:1-8) - B. Perkembangan Terakhir dari Perjuangan Itu
(Wahy 16:1-19:10) - 1. Tujuh Cawan Murka Allah
(Wahy 16:1-21) - 2. Hukuman Atas Pelacur Besar
(Wahy 17:1-18) - 3. Jatuhnya Babel yang Besar
(Wahy 18:1-24) - 4. Sorak-Sorai di Sorga
(Wahy 19:1-10) - C. Puncak Konflik Itu
(Wahy 19:11-20:10) - 1. Kedatangan Kembali dan Kemenangan Kristus
(Wahy 19:11-18) - 2. Kekalahan Binatang Itu dan Sekutu-Sekutunya
(Wahy 19:19-21) - 3. Iblis Diikat, Dilepaskan Kembali dan Akhirnya Dikalahkan
(Wahy 20:1-10) - D. Sesudah Konflik
(Wahy 20:11-22:5) - 1. Penghakiman Takhta Putih yang Besar
(Wahy 20:11-15) - 2. Nasib Orang-Orang yang Tidak Benar
(Wahy 20:14-15; 21:8) - 3. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru
(Wahy 21:1-22:5) - Epilog
(Wahy 22:6-21)
Matthew Henry: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada u...
- Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada umumnya sudah menerima kitab ini, dan mendapatkan nasihat yang baik dan penghiburan yang besar di dalamnya. Kristus sendiri menubuatkan kehancuran Yerusalem. Dan, kira-kira pada saat kehancuran itu digenapi, Ia mempercayakan Kitab Wahyu ini kepada Rasul Yohanes untuk menyokong iman umat-Nya dan mengarahkan harapan mereka.
Jerusalem: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini...
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini berarti "penyingkapan" atau "wahyu". Maka setiap "apokalipsis" mengandaikan pewahyuan dari fihak Allah kepada manusia. Dalam pewahyuan itu disingkapkan hal-hal tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah saja. Hal-hal tersembunyi yang disingkapkan itu ialah terutama apa yang mengenai masa mendatang. Sukar sekali dengan jelas dan tepat membedakan jenis sastra yang disebut "apokalipsis" dengan jenis sastra yang disebut "nubuat". Memanglah apokalipsis l.k. merupakan lanjutan dari nubuat. Tapi nabi-nabi dahulu mendengar wahyu Allah dan menyampaikannya secara lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa penglihatan yang lalu dicantumkannya ke dalam sebuah kitab. Tambahan pula bahwa penglihatan-penglihatan tidak bernilai sendiri, tetapi nilainya terletak dalam dirinya sebagai lambang; penglihatan- penglihatan itu melambangkan sesuatu yang lain. Segala sesuatu atau hampir segala sesuatu dalam sebuah apokalipsis merupakan lambang misalnya: angka, barang, anggota-anggota badan, tokoh-tokoh yang berperan dalam penglihatan itu. Dengan menulis apokalipsisnya si pengarang "menterjemahkan" ke dalam lambang itu gagasan-gagasan yang diilhamkan Allah; dan dalam menterjemahkan gagasan-gagasan itu pengarang menimbun-nimbun barang, warna-warni dan angka-angka yang semua berupa lambang, tanpa ambil pusing apakah keseluruhan yang dihasilkan tersusun rapi dan teratur baik. Maka untuk mengerti maksud pengarang, orang perlu ikut serta dalam cara kerjanya dan kembali menterjemahkan lambang-lambang itu ke dalam gagasan yang diketengahkan pengarang. Kalau orang tidak turut serta dalam cara kerja pengarang, maka maksudnya sering disalah-tafsirkan.
Dalam kedua abad yang mendahului tampilnya Kristus, apokalipsis-apokalipsis sangat laku di beberapa kalangan Yahudi (termasuk kaum Eseni di Qumran). Setelah sudah disiapkan oleh penglihatan-penglihatan kenabian pada nabi Yehezkiel atau nabi Zakharia, maka jenis sastra apokalipsis berkembang dalam karya nabi Daniel dan banyak karya lain yang menyusulnya sekitar awal tarikh Kristen. Dalam daftar kitab-kitab suci Perjanjian Baru hanya tercantum sebuah apokalipsis saja yang pengarangnya menamakan diri Yohanes, 1:9, yang waktu menggubah karyanya mengalami pembuangan di pualau Patmos oleh karena imannya akan Kristus. Ada sebuah tradisi yang sudah terdapat dalam karya Justinus dan pada akhir abad pertama tersebar-luas (seperti disaksikan Ireneus, Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius) dan yang menyamakan Yohanes pengarang Wahyu dengan Rasul Yohanes yang menulis Injil keempat. Hanya sampai abad kelima jemaat-jemaat di Siria, dan Kapadosia dan bahkan di Palestina rupanya tidak memasukkan Wahyu ke dalam daftar Kitab Suci. Dan ini menyatakan bahwa jemaat- jemaat itu tidak menganggap Kitab itu sebagai karya rasul Yohanes. Bahkan seorang imam di Roma yang bernama Kayus pada awal abad ketiga mengatakan bahwa Wahyu itu dikarang oleh seorang bida'ah yang bernama Kerintus. Tetapi Kayus berbuat demikian dengan maksud membela kepercayaan sejati terhadap serangan- serangan orang yang menggunakan Kitab itu sebagai dukungan ajaran palsunya. Tetapi benar juga bahwa Wahyu Yohanes dari satu fihak mempunyai kesamaan jelas dengan karangan-karangan Yohanes, sedangkan dari fihak lain ada perbedaan yang menyolok mata; perbedaan itu baik mengenai bahasa dan gaya bahasa maupun beberapa gagasan teologis (khususnya berhubungan dengan Parusia Kristus). Dan perbedaan itu sedemikian besar, sehingga karangan-karangan Yohanes dan Wahyu sukar dikembalikan secara langsung kepada pengarang yang sama. Namun demikian Wahyu berjiwa Yohanes, sehingga haruslah dituliskan oleh orang yang termasuk lingkungan rasul itu dan yang meresapkan ajarannya ke dalam hati. Bahwasannya Wahyu termasuk ke dalam Kitab Suci tak perlu di ragukan lagi. Mengenai waktu dituliskannya karya itu umum diterima bahwa digubah di zaman pemerintahan Kaisar Roma Domitianus, sekitar th. 95 Mas. Tetapi sementara ahli dengan alasan cukup kuat dengan condong menerima bahwa beberapa bagian Why ditulis dahulu, di zaman pemerintahan Kaisar Nero menjelang th. 70 Mas.
Entahlah dikarang dalam zaman pemerintahan Kaisar Domitianus atau Kaisar Nero, untuk memahami Why perlu sekali orang menempatkannya pada latar-belakang historisnya, yang menyebabkan Why ditulis. Zaman itu ialah zaman gangguan dan penganiayaan sengit terhadap jemaat Kristen yang masih muda. Sama seperti apokalipsis-apokalipsis yang mendahuluinya (khususnya Kitab Daniel) Why Yohanespun sebuah karangan yang mempunyai alasan khusus. Ia dimaksudkan untuk membina dan meneguhkan semangat orang-orang Kristen; kepercayaan mereka kiranya tergoncang akibat penganiayaan begitu hebat yang melanda jemaat Kristus yang pernah menegaskan: "Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia", Yoh 16:33. Hendak melaksanakan maksudnya itu Yohanes memungut ajaran-ajaran pokok nabi-nabi dahulu, khususnya ajaran mereka tenang "Hari Besar" Yahwe (bdk Am 5:18): kepada umat yang suci yang diperbudak dahulu oleh orang Asyur dan Babel, lalu oleh orang-orang Yunani, kepada umat yang terpencar-pencar dan hampir-hampir saja musnah seluruhnya, para nabi menubuatkan Hari penyelamatan yang sudah mendekat; pada hari itu Allah datang menyelamatkan umatNya dari genggaman para penindas, dengan tidak hanya membebaskan umatNya tetapi juga memberinya kekuasaan dan pemerintahan atas musuh-musuhnya yang pada gilirannya dihukum dan hampir-hampir dibinasakan. Waktu Yohanes menulis Why maka Gereja, umat terpilih yang baru, dilanda suatu penganiayaan yang berdarah, 13; 6:10-11; 16:6; 17:6; penganiayaan itu dilontarkan oleh pemerintah Roma (Binatang), tetapi dihasut oleh Iblis, 12; 13:2-4, yang merupakan Lawan kawakan Kristus serta umatNya. Dalam penglihatan pembukaan Why digambarkanlah kebesaran Allah yang bersemayam di sorga, Penguasa mutlak atas segala hal-ihwal manusia, 4; Ia menyerahkan kepada Anak Domba kitab yang memuat penetapan ilahi tentang pemusnahan para pengejar, 5; penglihatan selanjutnya menubuatkan suatu penyerbuan oleh sebuah bangsa biadab (Partia) disertai bencana tradisionil: perang, kelaparan, 6. Tetapi mereka yang percaya dan setia pada Allah akan luput, 7:1-8; bdk 14:1-5, sedangkan masih menantikan kemenangannya yang akan dinikmati di sorga, 7:9-17; bdk 15:1-5. Tetapi oleh karena menghendaki keselamatan orang berdosa maka Allah tidak segera membinasakan mereka; terlebih dahulu Ia mengirim sederetan bencana untuk memperingatkan mereka, sama seperti dahulu Ia berbuat terhadap Firaun dan orang Mesir, 8-9; bdk 16. Tetapi percuma saja. Karena ketegaran hati para pengejar yang fasik Allah membinasakan mereka, 17, apa lagi oleh karena mereka berusaha memfasikkan dunia dengan memaksa bangsa-bangsa menyembah Iblis (yang dimaksudkan ialah penyembahan kepada Kaisar-kaisar Roma yang didewakan); menyusullah sebuah lagu ratapan karena Babel (Roma) yang jatuh binasa, 18, dan nyanyian kemenangan yang dilambangkan di sorga, 19:1-10. Sebuah penglihatan baru kembali memperlihatkan kemusnahan Binatang (Roma yang menganiaya umat), yang ditimpakan oleh Kristus yang mulai, 19:11-21. Kemudian Gereja menikmati zaman kedamaian dan kesejahteraan, 20:1-6, yang diakhiri oleh sebuah serangan baru dari pihak Iblis, 20:7-10, sampai Musuh itu dibinasakan sama sekali, orang-orang mati bangkit dan penghakiman terlaksana, 20:11-15. Akhirnya Kerajaan Sorga ditegakkan untuk selama-lamanya dengan sukacita sempurna, oleh karena maut sendiri dilenyapkan, 2:1-8. Dengan melayangkan pandangan kembali pengarang melukiskan kesempurnaan Yerusalem baru selama memerintah di bumi, 21:9-22:15.
Demikianlah penafsiran Why yang historis dan makna utama dan pertamanya. Tetapi dengan demikian isi Kitab Why belum digali seluruhnya. Sebab di dalamnya juga termaktub nilai-nilai abadi yang selalu dan setiap waktu dapat mendukung kepercayaan kaum beriman. Sudah dalam Perjanjian Lama andalan umat yang suci ialah janji Allah bahwa selalu akan "ada pada umatNya", bdk Kel 25:8, dll; dan kehadiranNya itu berarti bahwa Ia melindungi umatNya terhadap segala musuh untuk mengerjakan keselamatan. Sekarang juga dan dengan cara jauh lebih sempurna Allah tetap pada umatNya yang baru yang bersatu dalam diri Anak Allah, ialah Imanuel (Allah menyertai kita, bdk Mat 1:23); dan Gereja dapat hidup terus berkat janji Kristus yang dibangkitkan ini: "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman", Mat 28:20. Kalau demikian halnya, maka kaum beriman tak perlu takut atau khawatir. Kalaupun untuk sementara waktu harus menderita oleh karena nama Kristus, namun akhirnya mereka akan mengalahkan Iblis dan segala tipu- dayanya. Wahyu merupakan Madah Agung pengharapan Kristen, nyanyian kemenangan yang dilambungkan Gereja yang dianiaya.
Seperti sekarang ada, teks Yunani Why sukar sekali. Di dalamnya ada sejumlah bagian kembar; kesinambungan penglihatan-penglihatan kerap terputus-putus; ada bagian-bagian yang nampaknya di luar konteks aslinya. Gangguan-gangguan semcam itu dapat diterangkan dengan berbagai jalan: ada yang berkata bahwa dalam Why dihimpun macam-macam sumber yang berlain-lainan ada juga yang berkata bahwa urutan asli dalam beberapa bab kebetulan dikacau-balaukan, dll. Bible de Jerusalem mengusulkan hipotesa ini: Bagian utama Why yang berupa nubuat, 4-22, terdiri atas dua Apokalipsis yang aslinya berbeda-beda: dua-duanya ditulis oleh pengarang yang sama tetapi pada waktu yang lain; akhirnya kedua apokalipsis itu dipersatukan oleh seseorang yang lain. Kedua apokalipsis asli tersusun sbb:
Teks I Teks II Prakata : Gulungan kitab kecil yang 10:1-2a, 3-4 dimakanIblis melawan Gereja.................. 12:1-6, 13-17 12:7-12 Binatang melawan Gereja............... 13 Hari Besar Kemurkaan serta pendahulu- pendahulu diberitahukan............... 4-9; 10:1, 2b, 14-16 5-7; 11:14-18 Hari Besar Kemurkaan : Babel diperkenalkan................... 17:1-9, 15-18 17:10, 12-14 Jatuhnya Babel........................ 18:1-3 (bdk 14:8) Orang pilihan terluput 18:4-8 Lagu ratapan atas Babel...............
18:9-13, 15-19, 18:14, 22-23 21, 24 Nyanyian kemenangan................... 19:1-10 18:20 (bdk 16:5-7) Kerajaan Mesias....................... 20:1-6 Pertempuran di akhir zaman............ 20:7-10 19:11-21 Penghakiman terakhir.................. 20:13-15 20:11-12 Yerusalem di masa mendatang...........21:9-22:2 21:1-4; 22:3-5; dan 22:6-15 21:5-8 Tambahan: Kedua saksi................. 11:1-13,19
Mengenai surat kepada ketujuh jemaat, 1-3: meskipun dimaksudkan supaya dibaca bersama dengan kedua teks lain tsb, namun ketujuh surat itu kiranya aslinya juga berupa sebuah teks tersendiri.
Pembagian teks Why yang diusulkan di atas tidak diikuti dalam terjemahan Indonesia ini. Memang tidak harus diikuti atau diperhatikan para pembaca. Sekarang kitab Wahyu kepada Yohanes berupa sebuah kesatuan dan dapat dibaca secara terus menerus. Hati pembaca dapat merasa terpikat oleh lambang-lambang yang serba majemuk dan ganjil. Tetapi di dalamnya terungkaplah kepastian dan pengharapan yang khusus Kristen. Korban Anak Domba sudah memperoleh kemenangan yang terakhir. Kesusahan dan kemalangan apapun yang melandanya, Gereja Kristus tidak dapat meragukan kesetiaan Allah hingga saat Tuhan "segera" akan datang, 1:1; 2:20. Memanglah Kitab Wahyu adalah kitab Pengharapan Kristen dan lagu Kemenangan Gereja yang dianiaya.
Ende: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus
Kristus". Selandjutnja dit...
WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus Kristus". Selandjutnja diterangkan bahwa wahju ini disampaikan dengan perantaraan seorang Malaekat kepada penulis jang menamakan diri Joanes. Penulis mendapat penglihatan-penglihatan dan Malaekat memberi pendjelasan mengenai arti dan maksudnja. Djudul jang sudah terdapat pada naskah-naskah jang tertua, dalam bahasa Junani, ialah "Apokalipsis Joanes". Kita biasa menterdjemahkannja dengan "Wahju Joanes" atau Wahju kepada Joanes.
Sebagai istilah, apokalipsis berarti pembukaan raliasia, tetapi dalam bahasa ilmu Kitab Kudus chususnja digunakan untuk pernjataan-pernjataan tentang masa achir zaman dan hidup diachirat. Dan itupun tjiri wahju Joanes djuga.
Karangan ini sangat mirip dengan tulisan-tulisan para nabi Perdjandjian Lama, terutama Ezechiel dan ketiga nabi terachir, Zakarias, Joel dan Daniel, jang nubuat-nubuatnja paling bersifat apokalipsis. Nabi-nabi Perdjandjian Lama itu diutus untuk menjampaik&n pesan-pesan Allah kepada umat Israel, guna menginsafkan mereka kalau tersesat dari perdjandjian, akan "Murka Allah" jang mengantjam, tetapi lebih lagi akan kerahinian Allah, kalau mereka bertobat. Sedemikian itu Joanes pun disuruh bemubuat, guna memperingatkan umat-umatnja akan kekurangan-kekurangan dan penjelewengan mereka, dan menginsafkan mereka akan bahaja-bahaja jang mengantjam, jaitu akan pengadjaran terhadap agama jang sedang dialami dan tentu akan merighebat, supaja mereka tetap siap untuk menghadapinja dengan tabah hati dan teguh imannja, penuh kepertjajaan kepada Allah jang memelihara dan melindungi orang-orang jang setia kepadanja, dan mendjamin mereka kemenangan jang gemilang.
Bahasa nubuat-nubuat para nabi biasanja samar-samar. Joanes tidak luput. Malah ia sengadja meniru dan mengambil-alih bahasa nabi-nabi lama itu dan chususnja mereka jang tulisannja sangat bergaja apokalipsis itu. Hal itu agak wadjar, sebab ia mendapat penglihatan-penglihatan jang sering-sering sama dengan penglihatan-penglihatan mereka. Tetapi, kalau bahasa penuh chajalan mereka, mengenai keadaan zaman mereka sendiri sudah sulit untuk ditafsirkan, apalagi kalau gambaran-gambaran dan ungkapan-ungkapan mereka digunakan untuk menampung gagasan-gagasan dan kenjataan-kenjataan Perdjandjian Baru.
Pendek kata: wahju Joanes itu tidak mudah untuk dimengerti. Meskipun enak djuga untuk dibatja sebab chajalan jang aneh-aneh penuh rahasia, namun bertubi- tubi tersandung pada kesulitan penafsir dalam perintjian-perintjiannja. Kalau kita hendak mengerti segala perintjian, perlu kita membalas dengan teliti dan sampai mendalam tulisan-tulisan para nabi jang mendjadi tjontoh bagi Joanes. Tetapi tidak usah djuga kita mengerti tiap-tiap gambar dan ungkapan, sebab maksudnja jang sebenarnja ialah memberi kesan-kesan sadja, untuk ditangkap dengan daja intuisi, dan demikian merangsang hati sanubari dan kemauan. Kami akan menjadjikan sekedar pendjelasan dalam tjatatan-tjatatan pada kaki halaman- halaman, tetapi dapat sedikit sadja, sebab ruangan edisi ini sangat terbatas. Maksudnja sadja mendjadi petundjuk djalan, untuk sendiri mentjari suatu pendjelasan jang agak dapat masuk akal. Biarpun banjak perintjian tetap tinggal teka-teki bagi kita, namun gagasan umum karangan ini tjukup tegas, untuk mentjapai tudjuannja jang utama, ialah memperkuat kepertjajaan kepada penielenggaraan Allah dalam segala kesukaran pada djalan penjelamatan.
Siapa sebenarnja Joanes penulis itu
Satu setengah abad lamanja tak ada kesangsian, bahwa penulis Joanes itu ialah Rasul Joanes. Pada pertengahan abad ketiga barulah Diornsius, uskup Aleksandria, mengemukakan pendapatnja bahwa tak mungkin Rasul Joanes pengarang "Wahju" ini, sebab tjara berpikir dan gaja bahasanja terlalu berbeda dengan tjara berpikir dan gaja bahasa Indjil keempat dan surat-surat Rasul itu.
Lain dari itu ada pula jang menjangkal Rasul Joanes adalah pengarangnja, sebab didalam buku ini terdapat utjapan-utjapan dan dalil-dalil jang salah ditafsirkan dan disalahgunakan untuk mengandjurkan adjaran-adjaran palsu mazhab- mazhab tertentu.
Sedjak masa itu kesangsian bahwa Rasul Joanes betul pengarang Wahju ini dikemukakan berulang kali.
Dan memang perbedaan tjara berpikir dan berbahasa antara Indjil keempat dan wahju ini sangat menjolok. Namun dapat dirasakan sebagai wadjar djuga, sebab isi dan suasana kedua karangan itu berlainan sekali. Dalam Indjil keempat Joanes memberitakan dan menjaksikan pengadjaran-pengadjaran dan perbuatan-perbuatan Jesus jang merupakan kenjataan-kenjataan, jang bersuasana tjerah dan tenang. Dan tentu sadja Joanes berusaha sedapat-dapatnja memberitakan menurut tjara berpikir dan dengan gaja bahasa Jesus sendiri. Lain halnja dengan karangan Wahju ini. Joanes mendapat penglihatan-penglihatan jang bukan kenjataan-kenjataan djelas, melainkan lambang-lambang penuh chajalan dan bersuasana gaib dan gandjil. Tentu wadjar sekali ia menjesuaikan bahasanja dengan suasana itu. Tambah lagi, bahwa penglihatan-penglihatan jang diberikan kepadanja, mirip sekali dengan penglihatan-penglihatan nabi-nabi jang ia kenal, sehingga dengan sendirinja timbul unsur-unsur bahasa dan tjara pengungkapan mereka dalam ingatannja. Selain itu pula, kalau dikatakan bahwa bahasa Wahju Joanes adalah bahasa Ibrani dengan perkataan Junani, bukankah tjiri-tjiri itu sedikit banjak terdapat pada Indjil keempat djuga? Dewasa ini kebanjakkan para ahli mengemukakan, bahwa tak ada alasan-alasan tjukup untuk mengingkari tradisi lama, bahwa Rasul Joanes betul- betul pengarang "Apokalipsis" ini.
Alasan dan latar-belakang karangan ini
Pada masa Wahju ini ditulis, masih hidup terang dalam ingatan segala umat, luasnja dan kedjamnja pengedjaran Nero terhadap umat di Roma. Pengedjaran Nero itu dilandjutkan oleh kaisar-kaisar jang berikut, dan mendjalar kesegala pelosok kekaisaran, biarpun tidak selalu dan disegala tempat dengan sama hebatnja. Baru- baru mulai berketjamuk dipropinsi Asia, (dibawah pemerintahan kaisar Domitianus (81-96). Dia lebih keras dari pendahulunja menuntut dari tiap-tiap orang penjembahan terhadap dirinja, sebagai "dominus ac deus", artinja sebagai "Tuhan dan Allah", dengan upatjara keagamaan. Siapa tidak turut harus dihukum. Penulis Wahju ini telah dibuang kepulau Patmos, dan ada jang telah mati martir (2:15) . Ada gedjala-gedjala tjukup untuk meramalkan, bahwa pengedjaran itu akan meluas dan menghebat. Djustru itupun jang dinjatakan kepada Joanes, supa)a ia menulisnja dalam buku ini guna mempersiapkan umat-umat untuk menghadapinja.
Atjara pokok karangan ini
Gagasan utama untuk mentjapai tudjuan tersebut, ialah menginsjafkan dan mejakinkan umat-umat akan penjelenggaraan mahaberdaulat Allah, jang dapat membiarkan kedjahatan meradjalela didunia, tetapi tahu membatasinja dan melindungi terhadapnja orang-orang jang setia kepada Allah, malah menggunakan tindakan-tindakan jang djahat serta akibat-akibatnja untuk melaksanakan rentjana penjelamatannja. Gagasan itu tidak dibitjarakan, melainkan ditundiukkan kebenarannja dengan lambang-lambang jang mengesankan. Dalam penglihatan- penglihatan digambarkan bagaimana segala kedjahatan dikendalikan oleh Allah dan mendapat balasan pada waktunja. Kedjahatan, jang chusus dimaksudkan dalam buku ini, ialah pemberontakan dan penjerangan terus-menerus dari dunia kafir terhadap Keradjaan Allah seperti menjatakan diri dalam penghambatan dan pengedjaran umat- umat Kristus. Kedjahatan dilukiskan sebagai berpokok dan berpribadi dalam "naga" sebagai lambang sjaitan. Para penguasa dunia (pemerintahan kafir) dibudjuk olehnja sampai djadi kakitangannja. Ditundjukkan bagaimana mereka semua, satu demi satu, disiksakan dan dikalahkan oleh Allah, sampai nusnah. Dan achirnja sjaitan itu sendiri ditangkap dan ditjampakkan kedalam "Iautan api untuk selama- lamanja".
Dan sebagai kebalikkan dari nasib orang djahat jang ngeri itu dilukiskan tersebar dalam seluruh buku kebahagiaan dan kedjajaan mereka jang ditindas dan tetap setia kepada Allah dalam segala kesusahan.
Sudah didunia orang-orang jang setia kepada Allah tetap dipelihara dan
dilindungi oleh Allah, supaja malapetaka-malapetaka jang kena dunia karena murka
Allah atas kedjahatannja, djangan menimpa atau merugikan mereka. Batjalah,
Hagelberg: Wahyu (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini akan membawa berkat yang besar, karena di dalam setiap pembahasan Kitab Wahyu seyogyanya ditafsirkan untuk diterapkan di dalam kehidupan umat Allah. Memang, dalam kitab ini ada banyak hal yang sulit dimengerti. Tetapi yang menggelisahkan hati kita bukanlah apa yang tidak kita mengerti, melainkan justru apa yang dimengerti namun tidak diterapkan dalam kehidupan pribadi dan dalam jemaat Kristus.
Penulis Kitab Wahyu
Kitab Wahyu 1:1, 1:4, 1:9, dan 22:8 menyatakan tanpa penjelasan bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh "Yohanes". Oleh karena tidak ada keterangan tentang seorang Yohanes yang lain, maka menurut penulis, Yohanes yang dimaksudkan adalah Rasul Yohanes.1
Justinus Martyr menulis dalam Dialog dengan Trypho (tahun 135) bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Kitab Wahyu. Pernyataan itu dapat diterima kebenarannya, karena selama beberapa tahun Justinus tinggal di Efesus.2 Eusebius, Irenius,3 Clement, Origen, Tertullianus dan Hippolytus juga mendukung pengertian ini, yaitu bahwa Rasul Yohanes sendiri penulis Kitab Wahyu.
Pada pertengahan abad ketiga Dionysius, uskup Aleksandria, berkata bahwa Rasul Yohanes tidak mungkin menulis Kitab Wahyu karena kosa kata dan tata bahasa Kitab Wahyu berbeda dengan kosa kata dan tata bahasa Injil Yohanes dan Surat-surat Yohanes. Menurut dia, bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes adalah bahasa Yunani yang halus dan indah, tetapi bahasa Yunani yang dipakai dalam Kitab Wahyu tidak baku, malah ada "idiom yang tidak beradab".4
Memang betul, bahasa yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes jauh berbeda dibandingkan bahasa yang dipakai dalam Kitab Wahyu.5 Peraturan tata bahasa yang baku seringkali dilanggar dalam Kitab Wahyu, tetapi "pelanggaran" tersebut tidak sembarangan. Pelangaran peraturan tata bahasa yang ada dalam Kitab Wahyu menguatkan kesan dan suasana yang diciptakan oleh si penulis, sesuai dengan tujuan nas yang bersang-kutan.6
Pada zaman Rasul Paulus, penulis surat seringkali dibantu seorang ahli tulis. Kebiasaan ini nyata dalam 1 Korintus 16:21, di mana Rasul Paulus menulis, "Dengan tanganku sendiri aku menulis ini: Salam dari Paulus."7 Perincian kerjasama antara penulis surat dan jurutulis sulit dipastikan. Pimpinan perusahaan dapat menyuruh sekretarisnya menyusun surat undangan untuk rapat minggu depan, dan perumusan isi surat tersebut dapat diserahkan sepenuhnya kepada sekretaris, lalu dia tinggal menandatangani surat itu, atau dia dapat juga mendikte isi surat kata per kata. Demikian juga dengan ahli tulis pada zaman Rasul Yohanes. Ladd8 mengemukakan kemungkinan bahwa Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes dengan ditolong oleh sekretaris yang adalah muridnya sendiri, dan Kitab Wahyu ditulis tanpa sekretaris. Dengan demikian, Kitab Wahyu mencerminkan bahasa Yunani yang biasa digunakan Yohanes, seorang Yahudi. Kesimpulan ini dikuatkan dengan pengamatan bahwa di Pulau Patmos kemungkinan besar tidak ada sekretaris untuk membantu Rasul Yohanes!
Argumentasi Dionysius dan sarjana-sarjana lain yang menolak Rasul Yohanes sebagai penulis Kitab Wahyu tidak masuk akal. Bahasa Yunani yang seperti apa ditulis oleh seseorang yang baru "tersungkur di depan kaki-Nya sama seperti orang mati"! Pasti kalau orang menulis tentang topik atau hal yang begitu luar biasa, kosa kata dan tata bahasa yang dia pakai juga luar biasa.
Berdasarkan argumen di atas, jelaslah bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh Rasul Yohanes.
Tahun Penulisan
Menurut sarjana zaman ini, Kitab Wahyu ditulis pada masa kerajaan Kaisar Domitianus di Roma (tahun 81-96), atau pada akhir kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68). Oleh karena faktor-faktor yang berikut ini, maka jauh lebih besar kemungkinan kitab ini ditulis pada kerajaan Kaisar Domitianus:
1. Irenius mengatakan bahwa Wahyu ditulis pada akhir Kerajaan Domitianus.
2. Sudah ada pengalaman yang matang dari ketujuh jemaat itu. Jika hal itu terjadi pada masa kerajaan Nero, belum ada waktu untuk memungkinkan terjadinya kemerosotan jemaat Tiatira, Sardis, dan Laodikia, ataupun ketekunan jemaat Efesus, Smirna, dan Filadelfia yang diceritakan dalam pasal 2-3.
3. Kota atau jemaat di Laodikia menganggap dirinya kaya (Wahyu 3:17), tetapi pada masa kerajaan Nero kota itu terkena gempa bumi (tahun 60 atau 61), sehingga pada saat itu mereka tidak lagi menganggap dirinya kaya.
4. Adanya penganiayaan (1:9; 2:10, 13; 3:10) cocok dengan zaman Domitianus. Setelah musibah kebakaran Kota Roma, Nero mengambinghitamkan orang Kristen di Kota Roma, dan mereka dianiaya secara kejam. Penganiayaan tersebut bukanlah yang diceritakan dalam Kitab Wahyu, karena penganiayaan tersebut hanya terjadi di Kota Roma, sedangkan yang disebutkan dalam Kitab Wahyu juga terjadi di Asia Kecil. Pada zaman kerajaan Kaisar Domitianus penyembahan kepada Kaisar sudah menjadi kewajiban yang membawa hukuman maut. Orang Kristen yang tidak siap menyembah Kaisar Domitianus dianiaya di setiap tempat.9
Data-data di atas menjadi bukti yang kuat bahwa Kitab Wahyu ditulis kira-kira tahun 95.
Penerima Kitab Wahyu
Secara khusus, kitab ini ditulis untuk tujuh jemaat tertentu di tujuh kota di "Asia Kecil", yaitu Propinsi Asia yang terletak di bagian barat negara Turki (Wahyu 1:11). Jarak antara tujuh kota itu sekitar 50-80 kilometer. Setiap tujuh kota tersebut mempunyai kantor pos besar untuk wilayah Propinsi Asia bagian barat-tengah.10 Secara umum, sebagai bagian dari Alkitab, kitab ini juga ditulis untuk setiap orang Kristen (Wahyu 2:7, 17, 29, dsb).
Tujuan Utama
Kitab Wahyu ditulis dan dikirim kepada orang-orang Kristen dari ketujuh jemaat (dan kepada kita) untuk mendorong, menegur, dan membesarkan hati mereka (dan hati kita). Hal ini diungkapkan secara jelas melalui teguran-teguran Tuhan Yesus dan janji kemenangan-Nya yang akan mengalahkan segala kejahatan yang mengancam mereka. Selain itu, kitab ini juga ditulis untuk menantang supaya mereka bertobat atau supaya mereka berdiri tegak, sesuai dengan keadaan mereka masing-masing. Dengan demikian, jika mereka menaati apa yang tertulis dalam kitab ini, mereka akan turut bersukacita karena Tuhan Yesus dan kemenangan-Nya (Wahyu 1:3; 2:7, 11, 17, dan 15-28). Dalam pasal 2 dan 3, tantangan dan pengobaran semangat sangat nyata. Penglihatan-penglihatan tentang kedatangan kedua dari Tuhan Yesus menjelaskan bahwa kemenangan-Nya akan membawa kehancuran kepada "yang diam di bumi" dan membawa pahala kepada mereka yang setia. Jadi, penglihatan itu secara tidak langsung mendukung tantangan dan dorongan tersebut. Kristus Raja akan kembali dengan kemenangan, dan akan memberikan hadiah kepada mereka yang menang terhadap godaan dan pencobaan sebagaimana Dia pun menang. Dengan demikian, maksud kitab ini sangat praktis dan perlu diterapkan.
Kitab Wahyu tidak diberikan kepada kita sebagai bahan spekulasi/perkiraan, misalnya "Mengapa gulungan kitab kecil itu dimakan Yohanes?" "Tanggal berapa nanti Tuhan akan datang?" Yang menjadi tekanan penting dalam kitab ini adalah penerapan yang benar, dan bukan pikiran yang sia-sia.
Latar Belakang
1. Keadaan Sosial
Kekaisaran Romawi di puncak kejayaannya mengingatkan Babel yang diceritakan dalam Wahyu 18:11-14. Dalam Kekaisaran Romawi pada waktu Kitab Wahyu ditulis, ada yang kaya raya dan ada yang miskin sekali. Tingkat sosial-ekonomi menengah tidak ada. Jadi, ada jurang yang sangat dalam antara yang kaya dan yang miskin.
2. Keadaan Pemerintahan
Kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68) ditandai dengan kebakaran Kota Roma dan penganiayaan orang Kristen setelah kebakaran tersebut. Pagi-pagi sekali pada tanggal 19 Juli 64 ada api di Circus Maximus (tempat perlombaan kereta pertempuran). Selama lima hari api memakan Kota Roma. Menurut beberapa saksi mata ada orang yang membesarkan api itu dengan sengaja, dan orang yang berusaha untuk memadamkannya dihalangi orang lain. Menurut kabar angin, api itu dinyalakan atas perintah Kaisar Nero, karena dia mau membangun kembali Kota Roma sesuai dengan impiannya. Nero menuduh orang Kristen dan menghukum orang-orang Kristen dengan sangat kejam. Ada yang disalibkan, ada yang dijahit dalam kulit binatang, kemudian diburu dan dimakan anjing yang lapar, ada yang dilumuri dengan ter dan dinyalakan sebagai obor. Menurut tradisi yang cukup kuat, Rasul Paulus dan Petrus juga mati syahid dalam penganiayaan yang dilakukan oleh Nero.11
Nero meninggal pada tanggal 9 Juni tahun 68. Selama satu tahun, yaitu antara kematian Nero dan kedatangan Vespasian, ada perang saudara di Roma, di mana empat kaisar naik takhta Kekaisaran Romawi. Dengan kedatangan Kaisar Vespasian, masa kekacauan politis tersebut diakhiri. Dengan demikian, wangsa Flavianus didirikan.
Menurut pengertian tahun penulisan yang diuraikan di atas, Kitab Wahyu ditulis pada akhir wangsa Flavianus, yang terdiri dari Kaisar Vespasian, (tahun 69-79), lalu Kaisar Titus (79-81) dan Kaisar Domitianus (81-96). Wilayah Kekaisaran Romawi sangat luas. Pada dinasti Flavianus, Kekaisaran Romawi mencapai kepulauan Inggris dan daerah Jerman. Sistem pemerintahannya totaliter, kaisar berkuasa mutlak.12 Pada waktu kitab ini ditulis, menyembah Kaisar Domitianus sudah diwajibkan sebagai tanda kesetiaan politis.
3. Keadaan Agama
a. Orang Yahudi: Oleh karena Bait Allah di Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 oleh pasukan Jenderal Titus, maka orang Israel tersebar sebagai pendatang, dan pada umumnya mereka dibenci. Pungutan pajak yang berat, khusus bagi orang Yahudi, diadakan oleh Raja Vespasian.
b. Orang Roma: Orang Roma menyembah banyak dewa-dewi, termasuk Raja Domitianus sendiri!
c. Orang Kristen: Pada tahun 95 agama Kristen sudah dianggap berbeda dengan agama Yahudi. Agama Kristen dianggap ateis, karena orang Kristen tidak mau terlibat dalam agama Roma, dan tidak menyembah dewa-dewi Roma. Beberapa orang Kristen dan beberapa jemaat dianiaya (Wahyu 1:9; 2:10, dan 13).
4. Keadaan Kesusastraan:
Banyak sastra yang sejenis dengan Kitab Wahyu disusun antara tahun 200 SM sampai tahun 100 M. Pada masa kini jenis sastra tersebut disebut "apokaliptik"13 atau "penyingkapan". Kitab Daniel dan Kitab Zakharia mirip jenis sastra ini. Jenis ini berasal dari bangsa Yahudi. Karangan apokaliptik memakai banyak lambang yang aneh bagi pembaca modern, tetapi lambang-lambang tersebut sudah biasa bagi para pembaca pada zaman Yohanes. Pada umumnya, apokaliptik dikarang seolah-olah merupakan wahyu dari Allah melalui malaikat kepada seorang tokoh sejarah Israel, di mana Allah berjanji untuk meniadakan kesusahan dan menghancurkan segala kejahatan.14 Perlu dicatat juga, bahwa Kitab Wahyu dikategorikan sebagai sastra apokaliptik yang luar biasa, oleh karena empat faktor yang berikut:
a. Pada umumnya, ada penerangan yang panjang atau "pidato" yang panjang dari malaikat, tetapi dalam Kitab Wahyu tidak ada.
b. Biasanya karangan apokaliptik ditulis seolah-olah oleh tokoh sejarah Israel seperti Musa atau Abraham, tetapi Yohanes sendiri menulis Kitab Wahyu.
c. Pasal dua dan pasal tiga, yaitu ketujuh surat kepada ketujuh jemaat, sangat unik sekali. Pada umumnya dalam sastra apokaliptik pertanggungjawaban sama sekali tidak disebutkan, tidak seperti Kitab Wahyu 2 dan 3.
d. Dalam apokaliptik yang lain, zaman ini dianggap tanpa arti dan sia-sia saja, sedangkan dalam Kitab Wahyu perilaku umat Allah zaman ini, amat penting di hadapan Tuhan.15
Kitab Wahyu memiliki beberapa ciri khas dari golongan sastra surat, apokaliptik, dan nubuatan.16 Selain sarana komunikasi antara pribadi, bentuk surat sudah membudaya sebagai sarana bimbingan dari filosof dan ahli ilmu pengetahuan.17 Khas sastra surat terlihat dalam pasal 1:4. Salah satu aspek dari pengamatan ini adalah bahwa Kitab Wahyu ditujukan kepada si penerima, yaitu ketujuh jemaat di Asia Kecil.18 Hal ini menjadi penting dalam pembahasan penafsiran Kitab Wahyu, karena keadaan mereka di Asia Kecil harus dipertimbangkan dalam setiap tafsiran.
Kitab Wahyu juga memiliki khas sastra apokaliptik. Dalam karangan-karangan apokaliptik, sejarah Israel, ataupun sejarah manusia, dipamerkan untuk menyatakan bahwa walaupun kejahatan akan merusak, tetapi tujuan dan maksud Yang Mahakuasa akan diteruskan dan dikembangkan sampai puncak kemenangan yang mulia.19
Selain khas sastra surat dan apokaliptik, Kitab Wahyu juga memiliki khas nubuatan. Dalam pasal 1:3 dia berkata, Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini dan menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya.... Ciri khas nubuatan, yang menuntut iman dan ketaatan dari para pendengar (ataupun para pembaca) jelas tampak dalam ketujuh surat, yang dapat dibandingkan dengan tujuh pesan dalam Amos pasal 1-2.20
Penafsiran
Sebelum Kitab Wahyu dipelajari, sebaiknya hal penafsiran dipikirkan secara matang, karena rumitnya Kitab Wahyu dan adanya banyak lambang, baik yang dijelaskan (1:20) maupun yang tidak dijelaskan (3:12), menyulitkan penafsirannya.
Pendekatan pada penafsiran Kitab Wahyu dapat digolongkan menjadi empat. Yang pertama disebut "Pandangan Preterist". Menurut mereka, seluruh Kitab Wahyu hanya menceritakan keadaan umat Allah pada zaman Kekaisaran Romawi saja. Segala tafsiran dari penafsir Preterist dikaitkan dengan jemaat Kristus dan lingkungan mereka pada zaman itu. Menurut mereka, nubuatan-nubuatan yang besar dalam Kitab Wahyu telah digenapi dengan jatuhnya Yerusalem pada tahun 70. Kebanyakan penafsir modern memakai pendekatan "Preterist". Kemenangan total yang diceritakan dalam pasal 18-22 sulit ditafsirkan oleh para penafsir yang mempergunakan pendekatan ini, karena tidak ada kemenangan yang seperti itu pada zaman Kekaisaran Romawi.
Golongan yang kedua disebut "Pandangan Historis". Menurut mereka, Kitab Wahyu merupakan nubuatan yang menguraikan sejarah Eropa Barat sampai kedatangan Tuhan Yesus pada hari kiamat. Banyak yang memakai pendekatan yang disebut "Historis", tetapi tafsiran mereka tidak menyatu.
Golongan yang ketiga disebut "Pandangan Futuris". Menurut pendekatan ini, pasal 1-3 menceritakan mengenai zaman penulis, dan pasal 4-22 merupakan nubuatan mengenai akhir zaman. Morris21 dan Mounce22 mengritik pandangan ini karena, menurut mereka, dengan pandangan ini pasal 4-22 tidak mempunyai arti bagi kita, kecuali kita terlibat langsung, sehingga Tuhan Yesus datang dalam masa kehidupan kita. Tetapi sebenarnya kritikan mereka tidak mempunyai dasar yang kuat. Berita mengenai kedatangan Tuhan Yesus tetap relevan pada setiap generasi umat Allah karena berita tersebut menghibur umat Allah yang setia, dan menakutkan orang Kristen yang tidak setia. Sama seperti orang tidak mengadakan pesta kebun kalau prakiraan cuaca berkata "hujan lebat", demikian juga kita tidak hidup untuk diri kita sendiri kalau Firman Allah berkata, "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Pendekatan "Futuris" adalah pendekatan yang dipakai dalam bahasan ini.23
Golongan yang keempat disebut "Pandangan Idealis". Menurut mereka, Kitab Wahyu tidak menceritakan kelakuan atau peristiwa, melainkan hanya menguraikan prinsip-prinsip yang bersifat teologis. Kitab Wahyu mereka tafsirkan untuk menyatakan prinsip-prinsip yang dipakai Allah sepanjang masa.
Morris dan Mounce menghargai keempat pendekatan tersebut di atas. Menurut mereka, setiap pendekatan mempunyai kekuatan dan kelemahan, dan kita harus belajar dari hasil penafsiran keempat golongan. Golongan "Preterist" dan "Historis" mengingatkan kita bahwa Kitab Wahyu mempunyai akar dalam sejarah dan bahwa latar belakang para pembaca mula-mula amat penting dalam proses penafsiran Kitab Wahyu. Dari golongan "Futuris" kita mengingat bahwa kegenapan utama dari pasal 4-22 harus terjadi pada akhir zaman. Dari golongan "Idealis" kita mengingat bahwa prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Kitab Wahyu sungguh berlaku sepanjang sejarah manusia. Penulis setuju dengan sikap Morris dan Mounce, tetapi akhirnya memihak golongan "Futuris" sebagai patokan yang menjaga kesatuan struktur Kitab Wahyu.
Para penafsir Kitab Wahyu yang awal, seperti Justinus Martyr, Irenius, dan Hippolytus, menulis bahwa Kitab Wahyu menubuatkan Kerajaan Seribu Tahun yang harfiah. Setelah Kerajaan Seribu Tahun, ada kebangkitan umum, penghukuman, dan pembaharuan surga dan bumi.24 Tafsiran mereka sesuai dengan tafsiran yang ada dalam bahasan ini.
Di wilayah Aleksandria, bapa-bapa gereja, termasuk Origen (tahun 185-254), mengembangkan metode penafsiran yang disebut "spiritual" atau alegoris. Metode penafsiran ini, tidak memperhatikan kebenaran harfiah, melainkan segalanya dipandang sebagai pembicaraan figuratif (kiasan) atau selalu merohanikan sesuatu. Agustinus meneruskan perkembangan alegoris, sehingga bagi dia arti harfiah sudah tidak diperhatikan. Selama seribu tahun metode alegoris merupakan pendekatan yang biasa. Pendekatan ini terkait erat dengan golongan yang keempat yang disebut "Pandangan Idealis".
Pada abad kedua belas Joachim, seorang Katolik di Floris, Italia, menolak tafsiran alegoris yang berpandangan bahwa zaman ini adalah Kerajaan Seribu Tahun yang disebutkan dalam Wahyu 20. Menurut dia, Kerajaan Seribu Tahun belum mulai.
Nicolas dari Lyra, seorang teolog di Paris yang meninggal pada tahun 1340, memakai "Pandangan Historis" yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagai pendekatan untuk menafsirkan Kitab Wahyu.
Pada akhir abad keenam belas, seorang Yesuit di Spanyol yang bernama Alcasar mengikuti paham "Preterist". Menurut Alcasar, pasal 20-22 merupakan nubuatan mengenai kemenangan yang dinikmati oleh jemaat Kristus zaman ini, suatu kemenangan yang dimulai pada kerajaan Kaisar Konstantin.
Walaupun dalam Kitab Wahyu ada banyak simbol, tetapi itu tidak berarti setiap nas harus ditafsirkan dengan tafsiran kiasan ataupun alegoris. Pendekatan penafsiran harfiah tampaknya seperti menyingkirkan lambang-lambang; tetapi pada dasarnya pendekatan penafsiran harfiah itu mencakup juga arti kiasan yang dinyatakan melalui lambang-lambang. Jadi, dalam hal ini penulis menerima pandangan harfiah. Apa yang dapat diartikan secara harfiah, haruslah diartikan secara harfiah. Sebaliknya, apa yang tidak masuk akal sebagai kata-kata harfiah, haruslah dianggap kiasan, dan diartikan sebagai kiasan (misalnya, "tujuh bintang" yang Ia pegang di tangan kanan-Nya tidak mungkin ditafsirkan sebagai bintang harfiah.)
Dalam bahasan ini penulis selalu berusaha untuk berpegang pada empat prinsip penafsiran berikut:
1. Penafsiran berdasarkan konteks serta struktur.
2. Penafsiran dengan mempertimbangkan latar belakang si penulis dan para pembaca mula-mula.
3. Penafsiran yang cenderung menerima arti biasa, yaitu arti harfiah, kecuali ada alasan kuat yang menuntut arti kiasan.
4. Penafsiran secara menyeluruh (komprehensif), yaitu penafsiran dengan mempertimbangkan seluruh ajaran Alkitab.
Penafsiran Angka dan Pengulangan
Para pengarang dan filsuf zaman Rasul Yohanes, sangat tertarik dengan angka dan makna angka. Kepentingan angka-angka tertentu dalam segala bidang dibahas panjang lebar dalam karangan zaman tersebut. Pythagoras dianggap tokoh utama dalam ajaran tersebut. Dia lahir kira-kira tahun 570 SM, dan hidup di Italia selatan. Pengikut-pengikut Pythagoras menganggap angka 1, 2, 4, dan 10 sebagai angka yang paling penting.
Pada akhir abad keempat SM angka tujuh mulai dianggap penting, mungkin karena pengaruh dari Babel. Pada waktu yang sama, pengaruh pengikut Pythagoras berkurang, tetapi karangannya tetap dibaca pada abad ketiga dan kedua SM.25
Pada abad kedua SM seorang Yahudi yang bernama Aristobulus mengajar di Aleksandria, Mesir. Menurut dia, angka tujuh sangat penting. Oleh karena dia orang Yahudi, maka diduga bahwa dia dipengaruhi oleh pentingnya angka tujuh dalam Perjanjian Lama.
Philo, seorang filsuf Yahudi yang juga tinggal di Aleksandria, menganggap bahwa angka tujuh sebagai angka yang paling menarik. Dia lahir kira-kita tahun 25 SM.26
Menurut Collins, pakar-pakar sastra apokaliptik berpikir bahwa angka-angka tertentu dipakai dalam sastra apokaliptik untuk memberi kesan bahwa zaman dan semesta alam teratur, dan tidak kacau. Lebih lanjut, Collins menjelaskan bahwa angka-angka jauh lebih penting dalam Kitab Wahyu daripada kebanyakan apokaliptik yang lain. Juga, dalam sastra apokaliptik yang lain, yaitu apokaliptik yang di luar Alkitab, ada "seri tujuh" tetapi tidak dihitung secara tersurat, seperti "seri tujuh segel", "tujuh sangkakala", dan "tujuh cawan", yang dihitung satu per satu dalam Kitab Wahyu.27
Secara umum, dapat dikatakan bahwa adanya peristiwa-peristiwa besar yang berjumlah tujuh, memberi penghiburan kepada para pembaca mula-mula, karena membawa kesan bahwa zaman ini yang rupanya begitu kacau, sebenarnya akan berakhir dengan cara yang direncanakan dan diatur oleh Tuhan sendiri, yang "ditandai" oleh-Nya dengan "seri-seri tujuh", dan bahwa bentuk tempat kediaman orang-orang suci yang setia, yaitu Yerusalem Baru, diatur dan dibentuk sesuai dengan kehendak Tuhan, lengkap dengan "tandatangan-Nya", yaitu angka dua belas. Collins28 berkata, "Tidak ada yang acak-acakan. Segala sesuatu terukur dan terhitung. Ada rencana ilahi. Segala sesuatu ada di dalam kuasa Allah, dan hasilnya menjadi sangat baik bagi setiap orang yang setia pada kehendak Allah sebagaimana diilhamkan di dalam Kitab Wahyu."
Pembahasan makna angka di atas bersifat umum dan pasti. Pembahasan yang spesifik, mengenai makna angka-angka tertentu, lebih rumit. Collins29 sendiri berkata, "Sangat sulit untuk memastikan mengapa angka-angka tertentu begitu sering dipakai...."
Dalam bahasa sumber, angka dua dipakai 10 kali. Empat kali di antaranya dipakai menunjuk kepada kesaksian, yaitu dalam pasal 11:3, 4 (dua kali), dan 10.
Dalam bahasa sumber, angka tiga dipakai sebelas kali, tetapi menurut Bauckham,30 pemakaian angka tiga tidak mempunyai makna yang jelas.
Angka empat dipakai 19 kali dengan pembagian sebagai berikut:
"Empat makhluk" disebut 10 kali (dalam 4:6, 8; 5:6, 8, 14; 6:1, 6; 7:11; 14:3; 15:7 dan 19:4). Dalam pasal 9:13 "keempat tanduk mezbah emas yang di hadapan Allah" disebutkan. Selain yang tersebut di atas, angka empat berkaitan dengan ciptaan Allah dan malaikat yang diberi kuasa atas semesta alam: 7:1, 2; 9:14, 15; dan 20:8. Jadi, dapat dikatakan bahwa unsur semesta alam menonjol dalam pemakaian angka empat, apalagi kalau kita mengingat bahwa empat makhluk itu mempunyai rupa binatang (atau manusia) yang ada dalam semesta alam, yaitu singa, anak lembu, manusia, dan "burung nasar yang sedang terbang".31
Angka tujuh dipakai 55 kali dalam Kitab Wahyu. Ada tujuh jemaat/kaki dian emas, disebutkan tujuh kali dalam pasal 1, dan sekali dalam pasal 2:1. (Jemaat dan kaki dian emas dihitung bersama-sama berdasarkan pasal 1:20.) Ada tujuh Roh/obor/tanduk/mata,32 disebutkan tujuh kali (pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6). Tujuh malaikat selalu disebutkan berkaitan dengan tujuh sangkakala atau tujuh cawan. (Tujuh malaikat tidak dikemukakan berhubungan dengan ketujuh segel, yang dibuka oleh Tuhan Yesus sendiri.) Ada tujuh guruh yang memperdengarkan suaranya, tetapi apa yang dikatakan oleh ketujuh guruh itu disegelkan dan tidak ditulis. Tujuh guruh tersebut disebut tiga kali. Kata "celaka"33 (atau "celakalah") dipakai 14 (yaitu 7x2) kali.
Nama "Yesus" (yang sering terkait pada kesaksian)34 dipakai 14 kali. Demikian juga, Roh Kudus disebut 14 kali. {Kata roh/Roh35 dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu: satu kali (11:11) tentang napas Allah, satu kali tentang napas yang diberikan kepada patung (13:15), tiga kali tentang roh jahat (16:13, 14; dan 18:2), satu kali tentang roh manusia (22:6), empat kali tentang ketujuh Roh Allah (1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6), dan 14 kali mengenai Roh Allah.}
Ungkapan "Aku datang"36 dipakai oleh Tuhan Yesus tujuh kali dalam Kitab Wahyu.37
Bauckham38 mengamati bahwa istilah "Anak Domba" dipakai menunjuk kepada Tuhan Yesus 28 kali dalam bahasa sumber.39 Istilah tersebut dipakai tujuh kali dalam anak kalimat yang mengaitkan Anak Domba dan Allah, dengan pola yang sama dengan apa yang terlihat dalam pasal 5:13, yang berkata "...Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba..." atau pasal 14:4, "...korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu...." Mengingat bahwa angka empat mengacu pada semesta alam (yang dimenangkan melalui pengorbanan Anak Domba Allah), maka tepatlah bahwa Tuhan Yesus disebut "Anak Domba" 4x7 kali dalam Kitab Wahyu.
Kepentingan angka empat dan tujuh juga terlihat dalam ketujuh anak kalimat di mana empat istilah suku, bahasa, kaum, dan bangsa diulangi. Pengulangan tersebut diuraikan dalam pembahasan pasal 5:9.
Selain itu, kepentingan angka empat dan tujuh terlihat dalam ketujuh Roh, yang disebut empat kali, yaitu dalam pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6. Jika angka tujuh mengacu pada kelengkapan, dan angka empat mengacu pada semesta alam atau dunia, maka Roh Allah adalah kelengkapan yang kita perlukan untuk menjangkau seluruh dunia.
Ternyata angka tujuh juga dipakai mengenai hal-hal yang jahat. Dalam pasal 12:3 naga mempunyai tujuh kepala dan tujuh mahkota, dan dalam pasal 13:1 Anti-Kristus mempunyai tujuh kepala (juga dalam 17:3, 7, dan 9). Dalam pasal 17:10 dan 11 tujuh kepala melambangkan tujuh raja, sekutu Anti-Kristus.
Kata-kata yang berikut ini diulangi tujuh kali: jurang maut,40 layak,41 memerintah sebagai raja (menjadi raja),42 penuh,43 sabit,44 zinah/percabulan,45 dan sebutan "Tuhan Allah yang Mahakuasa"46. Kata bintang47 diulangi 14 kali.
Dari segi makna tentang angka tujuh dalam Firman Tuhan, Collins48 tidak setuju adanya kaitan antara pemakaian angka tujuh dan pekan yang terdiri dari tujuh hari dalam hukum Taurat. Dia berpikir bahwa adanya tujuh planit menjadi alasannya di mana angka tujuh menonjol dalam Kitab Wahyu, dan rasi bintang (Zodiak) adalah sumber kepentingan angka dua belas, tetapi sikap Collins dalam hal ini terlalu membesarkan faktor di luar Alkitab, dan terlalu meremehkan latar belakang yang terlihat dalam Perjanjian Lama, di mana istilah dua belas (atau kedua belas atau seperdua belas) dipakai kira-kira 135 kali, dan istilah tujuh (atau ketujuh atau sepertujuh) dipakai kira-kira 436 kali!49
Dalam Perjanjian Lama ada suatu kesan yang cukup meyakinkan bahwa angka tujuh, baik sebagai angka yang ditetapkan oleh manusia (Kejadian 21:28-30 dsb.) maupun oleh Allah (Kejadian 4:15; 7:2-4; dsb.) sering mengacu pada "kelengkapan". Menurut Philo, angka tujuh "membawa kesempurnaan".50
Angka sepuluh atau kesepuluh dipakai sepuluh kali dalam Kitab Wahyu. Angka sepersepuluh dipakai sekali. Ada kesusahan selama sepuluh hari dalam pasal 2:10. Dalam pasal 21:20 batu yang kesepuluh adalah krisopras. Selain itu angka sepuluh/kesepuluh dipakai untuk menceritakan jumlah tanduk, mahkota dan raja, yang semuanya melawan Tuhan Allah dan umat-Nya. Berdasarkan pengamatan tersebut, rupanya angka sepuluh mengacu pada kejahatan atau penderitaan.
Kata-kata yang berikut diulangi sepuluh kali: benar,51 bilangan (jumlah),52 guruh,53 dan patung.54
Angka dua belas atau kedua belas dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu. Angka dua belas hanya dipakai berhubungan dengan umat Israel (pasal 7:5-8, 12 kali; dan pasal 12:1) dan Yerusalem Baru (pasal 21:12-22:2). Dalam visi yang terakhir, yaitu pasal 21:9-22:5, angka dua belas atau kedua belas, dipakai sebelas kali, dan angka tiga dipakai empat kali. Jika angka tiga yang disebut empat kali disamakan dengan dua belas, maka dalam visi terakhir itu angka atau gagasan dua belas muncul dua belas kali. Dalam visi tersebut, istilah "Anak Domba" dan istilah "Allah" dipakai tujuh kali! Tidak mungkin jumlah tersebut terjadi secara kebetulan.
Sebutan-sebutan "Tuhan Allah", "Kristus", dan "Roh Allah" dipakai dengan jumlah yang "baik", misalnya empat, tujuh, dan dua belas. Tetapi sebutan-sebutan Iblis dan Anti-Kristus dipakai dengan jumlah yang tampaknya acak-acakan, tanpa jumlah yang "baik"; misalnya kata "naga"55 dipakai 13 kali, kata Yunani yang sering diterjemahkan "Iblis"56 dipakai delapan kali, satu kata lagi yang juga diterjemahkan "Iblis"57 dipakai lima kali. Menurut Bauckham58 ada kesan bahwa angka yang "berarti" dihindari dalam kaitan dengan tokoh-tokoh yang jahat. Angka yang baik hanya dipakai untuk hal yang jahat jika mereka menirukan yang kudus, seperti misalnya dalam pasal 16:13; 12:3;13:1; dan 17:3.
Bauckham59 menjelaskan bahwa ada dua macam pengulangan dalam Kitab Wahyu, yang berbeda. Pengulangan yang pertama terdiri atas frase-frase tertentu, misalnya frase "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di....", dan "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat...." Frase ini diulangi tujuh kali dengan bentuk yang sama persis. Pengulangan seperti itu dipakai untuk menandai pembagian dalam struktur Kitab Wahyu. Dengan demikian, pengulangan frase "supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus terjadi dengan tiba-tiba" (pasal 1:1) dalam pasal 22:6 (yang sama persis dalam bahasa sumber) menandai bahwa apa yang dimulai dalam pasal 1:1 akan berakhir dalam pasal 22.
Selain pengulangan seperti yang disebutkan di atas, ada juga pengulangan yang kedua, yaitu pengulangan di mana ada sedikit perbedaan. Pengulangan ini seringkali terjadi dalam Kitab Wahyu. Pasangan frase yang diulangi dengan perbedaan kecil menjadi seperti acuan silang yang mengaitkan satu nas dengan nas yang lain, misalnya untuk menegaskan kontras. Bandingkanlah pasal 4:8, yang berkata, "Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang" dengan pasal 14:11, yang berkata, "Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya." Bandingkanlah juga pasal 14:11 dengan 19:3, atau pasal 14:10-11 dengan 20:10.60
Sebagai kata terakhir, perlu dikatakan bahwa pembahasan makna angka dan pengulangan dalam Kitab Wahyu masih kurang mantap, dan harus diselidiki lebih lanjut dan lebih dalam. Sungguh diharapkan supaya segala pembahasan dalam bidang ini didasari pada pengamatan yang akurat serta prinsip penafsiran yang konsekuen.
Kitab Wahyu dan Kanon Alkitab
Allah yang berfirman kepada umat-Nya, juga menjaga supaya hanya kitab-kitab yang Dia ilhamkan saja yang akhirnya dikumpulkan menjadi Alkitab. Proses itu disebut pembentukan Kanon. Dengan pertolongan Allah yang Mahakuasa, umat Allah mengakui surat-surat tertentu, dan karangan-karangan tertentu, sebagai ilham dari Allah. Proses pengakuan Kanon terjadi lebih cepat dengan kitab-kitab tertentu, dan lebih lamban dengan kitab-kitab yang lain.
Ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak rela menerima Kitab Wahyu sebagai Firman Allah pada zaman bapa-bapa gereja. Mounce61 menegaskan, bahwa ada tokoh Kristen yang melawan Montanisme karena ajaran mereka sering bersikap fanatis (mereka mengajar antara lain bahwa Kerajaan Seribu Tahun sudah dekat dan bahwa Yerusalem Baru akan turun atas Kota Pepuza). Mereka yang melawan Montanisme siap menolak Kitab Wahyu, hanya karena Montanus suka mengutip dari Kitab Wahyu untuk mendukung ajarannya yang mereka anggap ekstrem. Walaupun ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak menyukai Kitab Wahyu, Allah tidak minta izin dari kita untuk memasukkan Kitab Wahyu dalam Alkitab kita, dan Alkitab bukan merupakan kafetaria rohani di mana kita hanya mengambil makanan yang sesuai dengan selera kita masing-masing!
Ayat Kunci
Wahyu 1:3, yang berbunyi, "Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat", merupakan ayat kunci bagi seluruh Kitab Wahyu. Kebahagiaan itu akan menjadi milik setiap orang yang menaati isi Kitab Wahyu, dan bentuk kebahagiaan itu berupa bermacam-macam pahala. Pahala/hadiah itu dijelaskan antara lain di dalam beberapa ayat berikut ini: Wahyu 2:7, 17, 26-28; 3:5, 11-12, 21; dan 6:11.
Risalah/Perkembangan Pemikiran Kitab Wahyu
Pengertian terhadap struktur seluruh Kitab Wahyu mempermudah pengertian terhadap rincian-rinciannya. Sudah disebutkan di atas bahwa Wahyu 1:3 merupakan ayat kunci: "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Jika kita ingin mengalami kebahagiaan itu, maka kita harus "menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya". Tetapi ini perlu dipikirkan, karena hanya perintah saja yang dapat dituruti. Di dalam Kitab Wahyu perintah-perintah terdapat hanya di dalam pasal dua dan pasal tiga saja. Dalam pasal empat sampai dengan pasal 22 tidak ada perintah. Menurut Barclay,62 Luther sendiri seolah-olah marah waktu dia membaca Wahyu 1:3, dan dia mengeluh, karena dalam ayat itu ada janji bagi mereka yang menaati kitab ini, tetapi dia merasa Kitab Wahyu mustahil ditaati, karena mustahil dimengerti! Memang ada banyak sekali dalam kitab ini yang tidak akan kita mengerti sebelum digenapi, tetapi yang tidak dimengerti tidak menjadi masalah bagi kita. Yang harus menjadi "masalah" bagi kita adalah pasal dua dan tiga, di mana ada banyak perintah ditulis yang memang sangat mudah dimengerti, namun kadang-kadang sangat sulit ditaati!
Wahyu 1:19 merupakan kunci dari pembagian atau struktur Kitab Wahyu. Ayat tersebut merupakan perintah Tuhan Yesus kepada Yohanes supaya dia menulis kitab ini. "Karena itu tuliskanlah apa yang telah kau lihat, apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi sesudah ini." Menurut terjemahan ini (yang bersifat harfiah) Kitab Wahyu terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Apa yang telah kaulihat (pasal 1).
2. Apa yang terjadi sekarang (pasal 2-3).
3. Apa yang akan terjadi sesudah ini (pasal 4-22).
Susunan/garis besar ini didukung oleh Wahyu 4:1, yang berbunyi, "...Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini." Kata-kata tersebut hampir sama dengan Wahyu 1:19, sehingga jelaslah bahwa pada ayat ini (Wahyu 4:1) Yohanes menginjak ke bagian yang berikutnya.
Inti dari bagian yang pertama (pasal satu) adalah penglihatan Yohanes tentang pribadi Tuhan Yesus. Penglihatan ini merupakan dasar Kitab Wahyu, dan fungsinya adalah untuk mengingatkan para pembaca akan sifat Tuhan Yesus. Untuk hidup bagi Tuhan Yesus kita harus tahu, siapakah Dia. Kita harus mengerti mengenai sikap-Nya terhadap apa yang kita alami.
Bagian yang kedua terdiri dari tujuh pesan/surat kepada ketujuh jemaat. Ketujuh surat itu menuntut penerapan dari penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, dan menjanjikan hadiah kepada yang menuruti tuntutan itu.
Bagian yang ketiga menjelaskan bagaimana caranya Tuhan Yesus akan kembali ke bumi ini dan mengalahkan "yang diam di bumi". Fungsi dari bagian ini adalah untuk membesarkan hati para pembaca, bahwa "Tuhan Yesus akan menang!" Kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya akan membuktikan kebenaran sifat-sifat-Nya seperti yang dijelaskan dalam pasal 1 (khususnya penglihatan tentang Tuhan Yesus). Maka kemenangan-Nya akan memberi kesempatan untuk membagikan hadiah-hadiah yang dijanjikan itu di dalam bagian yang kedua (yaitu ketujuh surat).
Ringkasan:
Bagian pertama: pasal 1. Menyatakan, siapakah Tuhan Yesus.
Bagian kedua: pasal 2-3. Tujuh surat yang menuntut penerapan dan menjanjikan hadiah.
Bagian ketiga: pasal 4-22. Kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus, yang akan mengalahkan setiap musuh, dan membagikan hadiah.
Hubungan antarbagian:
Bagian pertama, penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, merupakan dasar Kitab Wahyu. Dengan demikian, selayaknya sifat Tuhan Yesus merupakan dasar segala kegiatan dan pikiran kita. Selayaknya Yesus Kristus menjadi pusat keberadaan kita.
Bagian kedua didasari bagian pertama. Setiap surat dimulai dengan suatu fakta tentang Tuhan Yesus, yang sudah disebutkan di dalam penglihatan tentang diri-Nya. Tetapi bagian kedua, yaitu ketujuh surat, juga berhubungan erat dengan bagian ketiga, yang menceritakan kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus.
Bagian ketiga belum terjadi, tetapi sangat penting juga. Walaupun sulit hidup bagi Kristus, dan sulit menaati ketujuh surat-Nya, ketaatan sangat bermanfaat karena Ia akan kembali dengan kemenangan, hadiah, dan sukacita bagi yang menaati. Bagian ketiga ini menceritakan kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya.
Hagelberg: Wahyu (Garis Besar) GARIS BESAR
wahyu
I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
A. Pembukaan Kitab (1:1-8)
...
GARIS BESAR
wahyu
- I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
- II. Bagian Kedua: "...apa yang terjadi sekarang....." (2:1-3:22)
- A. Surat kepada Jemaat di Efesus (2:1-7)
- B. Surat kepada Jemaat di Smirna (2:8-11)
- C. Surat kepada Jemaat di Pergamus (2:12-17)
- D. Surat kepada Jemaat di Tiatira (2:18-29)
- E. Surat kepada Jemaat di Sardis (3:1-6)
- F. Surat kepada Jemaat di Filadelfia (3:7-13)
- G. Surat kepada Jemaat di Laodikia (3:14-22) Catatan: di setiap surat kepada ketujuh jemaat tersebut, berisi:
- 1. Alamat surat
- 2. Sifat Kristus
- 3. Pujian untuk Jemaat
- 4. Kritikan
- 5. Tuntutan
- 6. Ancaman
- 7. Janji
- III. Bagian Ketiga: "... apa yang akan terjadi sesudah ini..." (4-22)
- A. Visi Ruangan Takhta Sebagai Pendahuluan (4:1-5:14)
- 1. Peralihan (4:1-2)
- 2. Takhta dan sekelilingnya (4:3-11)
- 3. Gulungan Kitab dan Anak Domba (5:1-7)
- 4. Pujian kepada Dia yang mengambil gulungan kitab (5:8-14)
- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
- 1. Ketujuh Segel (6:1-8:6)
- a. Segel Pertama (6:1-2)
- b. Segel Kedua (6:3-4)
- c. Segel Ketiga (6:5-6)
- d. Segel Keempat (6:7-8)
- e. Segel Kelima (6:9-11)
- f. Segel Keenam (6:12-17) Tambahan Pertama: 144.000 Orang Disegel (7:1-8) Tambahan Kedua: Orang banyak... yang keluar dari kesusahan besar (7:9-17)
- g. Segel Ketujuh (8:1-6)
- 2. Ketujuh Sangkakala (8:7-11:19)
- a. Keempat Sangkakala Pertama (8:7-12)
- b. Ketiga Sangkakala Terakhir (8:13-11:19)
- i. Sangkakala Kelima (8:13-9:12)
- ii. Sangkakala Keenam (9:13-21) Tambahan Ketiga: Gulungan Kitab (10:1-11) Tambahan Keempat: Dua Saksi (11:1-14)
- iii. Sangkakala Ketujuh (11:15-19) Tambahan Kelima: Seorang Perempuan, Anaknya, dan Naga (12:1-17) Tambahan Keenam: Binatang Pertama (13:1-10) Tambahan Ketujuh: Binatang Kedua (13:11-18) Tambahan Kedelapan: 144.000 Orang (14:1-5) Tambahan Kesembilan: Tiga Malaikat (14:6-13) Tambahan Kesepuluh: Tuaian Gandum di Bumi (14:14-16) Tambahan Kesebelas: Tuaian Buah Anggur di Bumi (14:17-20)
- 3. Ketujuh Cawan (15:1-16:21)
- 4. Babel Dikiaskan sebagai Pelacur (17:1-18)
- 5. Kota Babel Dimusnahkan (18:1-24)
- a. Pemusnahan Babel Diberitakan (18:1-8)
- b. Tanggapan Dunia (18:9-19)
- c. Babel Tidak akan Pulih (18:20-24)
- 6. Sukacita di Surga (19:1-10)
- 7. Dia Kembali (19:11-16)
- 8. Dia Mengalahkan Binatang itu serta Tentaranya (19:17-21)
- 9. Iblis Dikalahkan (20:1-3)
- C. Kerajaan Seribu Tahun (20:4-15)
- 1. Orang-orang yang Memerintah dengan Tuhan Yesus selama Seribu Tahun (20:4-6)
- 2. Pemberontakan Terakhir (20:7-10)
- 3. Penghakiman di Takhta Putih (20:11-15)
- D. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru (21:1-22:5)
- 1. Pendahuluan: Yerusalem Baru (21:1-8)
- 2. Benteng dan Pintu Gerbang Yerusalem Baru (21:9-21)
- 3. Kemuliaan Yerusalem Baru (21:22-27)
- 4. Sungai Kehidupan dan Hamba Anak Domba di Yerusalem Baru (22:1-5)
- E. Penjelasan Akhir dari Penglihatan (22:6-17)
- F. Bagian Penutup dari Kitab (22:18-21)
Hagelberg: Wahyu DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 199...
DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 1993.
Barclay, William, Letters to the Seven Churches, Abingdon Press, New York, 1957.
Barclay, William, The Revelation of John, vol. 1, The Westminster Press, Philadelphia, edisi perbaikan, 1976.
Beasley-Murray, G. R., Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1978.
Bruce, F. F., New Testament History, Doubleday & Co., Garden City, 1969.
Collins, Adela Yarbro, "Numerical Symbolism in Jewish and Early Christian Apocalyptic Literature", Aufstieg und Niedergang der romischen Welt, W. Haase, red., vol. 2/21/1, de Gruyter, New York/Berlin, 1984, hlm. 1221-1287.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Glickman, Craig, bahan kuliah, "Eschatology", di Dallas Theological Seminary, 1981.
Ladd, George Eldon, A Commentary on the Revelation of John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1972.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Morris, Leon, The Revelation of Saint John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1969.
Mounce, Robert H., The Book of Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1977.
Newell, William R., Revelation: a Complete Commentary, World Bible Publishers, Inc., Iowa Falls, Iowa, 1935.
Ryrie, Charles Caldwell, Revelation, Moody Press, Chicago, 1968.
Stalker, James, "The Son of Man", dalam The International Standard Bible Encyclopedia, vol. V, hlm. 2828-2830, 1929.
Stanley, Charles, Eternal Security: Can You Be Sure?, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1990.
Toussaint, Stanley, bahan kuliah, "The Revelation of John", di Dallas Theological Seminary, 1983.
Walvoord, John F., The Revelation of Jesus Christ, Moody Press, Chicago, 1966.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Tetap BerFokus
WAHYU 15:1-8
Selama suatu periode hidup saya yang penuh tekanan di Australia, saya mengalami kesulitan dalam memokuskan mata saya. Ke...
Tetap BerFokus
Selama suatu periode hidup saya yang penuh tekanan di Australia, saya mengalami kesulitan dalam memokuskan mata saya. Ketika saya mengalihkan pandangan saya, semuanya menjadi buram. Hal itu membahayakan saya waktu mengemudi. Beberapa dokter memeriksa diri saya untuk menemukan penyakit yang merentang dari gangguan mata hingga tumor otak. Pada akhirnya, para dokter itu mendiagnosa masalah saya sebagai kelelahan. Selama masalah itu tetap ada, penyakit itu mencemaskan. Tidak bisa berfokus sungguh menakutkan.1
Tekanan yang pernah saya rasakan di Australia tidak sebanding dengan tekanan yang dialami oleh umat Kristen mula-mula. Tentunya sulit bagi mereka untuk tetap berfokus kepada Allah dan apa yang benar-benar penting. Salah satu tujuan penulisan kitab Wahyu adalah membantu orang Kristen yang dilecehkan untuk mempertahankan cara pandang yang benar—di zaman Yohanes dan sekarang ini.
Pasal 15 dan 16, yang bercerita tentang tujuh cawan murka, berkontribusi terhadap tujuan ini. Pasal 15, pasal terpendek di dalam kitab itu, memperkenalkan cawan-cawan, sedangkan pasal 16 menggambarkan cawan yang dicurahkan. Kita akan mempelajari pasal 15 dalam pelajaran ini dan pasal 16 dalam tiga pelajaran berikutnya.
Paulus menantang setiap orang Kristen ketika ia mengatakan bahwa kita harus "tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal" (2 Korintus 4:18). Di dalam Wahyu 15 kita menemukan tiga "hal yang tak kelihatan," yang di atas mana Anda dan saya perlu berfokus.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KETIKA ALLAH MENGINGAT
WAHYU 15:1, 6 , 7; 16:1-9, 19
Ketika kita membaca Wahyu 16, tampaknya Yohanes "mengumpulkan bersama berbagai kengerian d...
KETIKA ALLAH MENGINGAT
Ketika kita membaca Wahyu 16, tampaknya Yohanes "mengumpulkan bersama berbagai kengerian dari semua kisah pembalasan murka Allah dan melemparkan kengerian itu ke dunia yang tidak percaya dalam bencana banjir terakhir yang mengerikan."1Di tengah-tengah penggambaran rasul itu tentang kemarahan luar biasa Allah, tidak ada kata-kata yang lebih menyejukkan selain kata-kata ini: "Maka teringatlah Allah akan Babel yang besar itu untuk memberikan kepadanya cawan yang penuh dengan anggur kegeraman murka-Nya" (16:19b; huruf miring oleh saya).2
Allah kita adalah "penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih dan setia" (Mazmur 86:15). Kesabaran-Nya melegenda (Roma 2:4; 1 Petrus 3:20). Karena itu, kadang-kadang mungkin Allah terlihat melupakan ketidaktaatan manusia yang menyolok, tetapi Allah tidak lupa. Ia membujuk manusia, Ia memperingatkan manusia—sampai terlihat jelas bahwa upaya lebih lanjut akan sia-sia. Kemudian, Allah mengingat setiap dosa yang tak diampuni, setiap dosa apa saja yang tak disesali—dan murkanya dicurahkan! Itulah isi seluruh pasal 16. Itulah apa yang Allah inginkan untuk kita pelajari dari cawan murka itu.
MURKA ALLAH DITIMBUN (15:1, 6, 7; 16:1)
Di 15:1 kita diberitahu tentang "tujuh malaikat dengan tujuh malapetaka terakhir, karena dengan itu berakhirlah murka Allah." Di 15:6 "ketujuh malaikat dengan ketujuh malapetaka itu, keluar dari Bait Suci." Di 15:7 "satu dari keempat makhluk itu membe- rikan kepada ketujuh malaikat itu tujuh cawan dari emas yang penuh berisi murka Allah." Di 16:1 "suara yang nyaring dari dalam Bait Suci" berkata kepada ketujuh malaikat itu: "Pergilah dan tumpahkanlah ketujuh cawan murka Allah itu ke atas bumi." Pasal 16 kemudian menggambarkan pengosongan cawan-cawan itu.
Seperti sudah disebut di dalam pelajaran-pelajaran sebelumnya, ini adalah siklus ketiga penghakiman ilahi: Awalnya terlihat tujuh meterai (pasal 4 sampai 7), lalu tujuh sangkakala (pasal 8 sampai 11), dan sekarang tujuh cawan (pasal 15 dan 16 ).3Tiga seri ini memiliki beberapa kesamaan: (1) Masing-masing dimulai dengan pengelompokan empat penglihatan yang terkait erat, diikuti oleh tiga penglihatan yang terkait longgar. (2) Masing-masing mencakup tiga faktor yang menyebabkan jatuhnya Kekaisaran Romawi: bencana alam, kerusakan internal, dan invasi eksternal.4(3) Masing-masing memiliki interupsi antara penglihatan keenam dan ketujuh.5(4) Masing-masing berakhir dengan demonstrasi kuasa Allah. Namun begitu, dua seri yang terakhir terkait erat secara khusus. Perhatikanlah unsur-unsur umum mereka:
SANGKAKALA (Wahyu 8-11)-> 1. Bumi 2. Laut 3. Sungai dan mata air 4. Matahari/benda-benda langit 5. Siksaan 6. Efrat—dan bala tentara
CAWAN (Wahyu 16)-> 1. Bumi 2. Laut 3. Sungai dan mata air 4. Matahari 5. Sakit 6. Efrat—dan bala tentara
Oleh sebab kaitan ini, untuk memahami tujuh cawan itu, pertama-tama kita harus meninjau kembali tujuh sangkakala itu:6Ketika kita mempelajari sangkakala, tekanan utama kita adalah efek dosa: efek dosa terhadap alam semesta (empat sangkakala pertama), pada individu (sangkakala kelima), dan pada yang lain-lainya (sangkakala keenam). Mengenai efek dosa terhadap alam semesta, kita membahas pelbagai bencana alam, seperti tornado, angin badai, gempa bumi, dan banjir. Mengenai efek dosa terhadap individu, kita menyebut penderitaan hati nurani yang bersalah ditambah pelbagai akibat lainnya. Mengenai efek dosa terhadap hal-hal lainnya, perang digunakan sebagai contoh dampak dosa yang menjangkau jauh. Kita berpendapat bahwa Allah membolehkan pelbagai akibat dosa ini terjadi untuk memperingatkan umat manusia, untuk mencoba memalingkan manusia dari dosa kepada diri-Nya.
Sementara banyak persamaan dapat dilihat antara sangkakala dan cawan itu, kita harus jangan menganggap cawan-cawan itu hanya sebagai "penayangan ulang."7 Pelbagai kesamaan itu sangat penting, tapi begitu juga dengan pelbagai perbedaannya:
(1) Sangkakala dan cawan berbeda dalam obyek tindakan mereka: Dengan sangkakala, umat manusia sering terpengaruh secara tidak langsung; manusia bahkan tidak disinggung sampai sangkakala ketiga (8:11). Sebaliknya, dimulai dengan cawan pertama, manusia secara langsung ditargetkan: secara khusus, mereka "yang memakai tanda dari binatang itu dan yang menyembah patungnya" (16:2). Ketika murka Allah dicurahkan, tidak akan ada belas kasihan.
(2) Sangkakala dan cawan berbeda dalam intensitas aksi mereka: Secara umum, sangkakala hanya mempengaruhi sepertiga bumi (8:7-12; 9:15, 18). Tidak ada pembatasan seperti itu diterapkan ke atas cawan-cawan itu (lihat 16:3). Ketika murka Allah dicurahkan, tidak akan ada pengekangan.
(3) Sangkakala dan cawan berbeda dalam kecepatan tindakan mereka: Satu perintah diberikan kepada para malaikat yang memegang cawan (16:1), yang mana setelah itu mereka tampaknya mencurahkan isi cawan-cawan itu dengan cepat, satu demi satu. Ketika isi cawan kelima dicurahkan (16:8), manusia masih memiliki luka-luka yang dihasilkan dari pencurahan cawan pertama (16:2, 9). Ketika murka Allah dicurahkan, tidak akan ada penundaan.
Tiga perbedaan pertama ini adalah bagian dari perbedaan yang paling penting: (4) Sangkakala dan cawan itu berbeda dalam tujuan tindakan mereka. Seperti telah disebutkan, meskipun sangkakala menyebabkan rasa sakit dan penderitaan (dan, untuk batas tertentu, kematian,), tujuan utama mereka adalah untuk memperingatkan.8Allah sedang mencoba untuk mendapatkan perhatian manusia berdosa. Tujuan sangkakala dapat diringkas dalam kata-kata Petrus: "Tuhan … sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat" (2 Petrus 3:9).
Di sisi lain, tujuan utama cawan itu bukan untuk memperingatkan, tapi untuk menghukum.9Cawan itu "penuh murka Allah" (15:7; huruf miring oleh saya; lihat juga 15:1; 16:1, 19). Kata "murka" adalah terjemahan dari kata Yunani thumos, yang berarti "gairah, kemarahan yang meletup-letup,"10suatu "kondisi perasaan yang gelisah, ledakan murka dari kegeraman batin."11
Selanjutnya, malapetaka atau cawan ini disebut "terakhir, karena dengan itu berakhirlah murka Allah"12(15:1; huruf miring oleh saya). Kata Yunani yang diterjemahkan "berakhir" berarti "selesai" atau "tamat."13Kata itu mengacu kepada apa yang telah "tiba pada penggenapan, kekomplitan, kedewasaan."14Yesus menggunakan kata yang sama ketika Ia berseru di kayu salib, "Sudah selesai!" (Yohanes 19:30). Kata itu tidak menunjukkan bahwa semuanya sudah selesai atau diselesaikan, tapi hanya apa yang sedang dibahas.15Di Wahyu 15, dan 16 topik yang sedang dibahas adalah hubungan Allah dengan manusia. Allah telah mencoba segalanya untuk menjebol pembungkus ketidakpedulian manusia, namun tidak berhasil. Jadi waktunya telah tiba bagi Allah untuk "menyelesaikan" apa yang telah dimulai. Itulah saatnya bagi Allah untuk mengingat dosa manusia!
Banyak dari kita dapat mengingat apa artinya ketika ibu kita berkata, "Ibu sudah muak!" Ia telah menenggang kita dengan sabar, telah mengingatkan kita berulang kali, telah memperingatkan kita berkali-kali. Namun begitu, pada titik tertentu, kesabarannya berakhir, dan kita mendengar "Ibu sudah muak!" "Saya sudah muak!" berarti waktunya sudah tiba bagi kita untuk menuai konsekuensi tindakan kita. Pasal 15 dan 16 menggambarkan Allah berkata kepada dunia yang tidak mau bertobat, "Aku sudah muak!"16
Kadang-kadang, ketika mengemudi di daerah terpencil, saya melewati rambu-rambu yang mengatakan "Kesempatan Terakhir": "Kesempatan Terakhir Isi Bensin Sejauh 80 Kilometer," "Kesempatan Terakhir Isi Air," "Kesempatan Terakhir Beli Makanan," dan sejenisnya. Kadang-kadang, saya menemukan mobil yang ditinggalkan pemiliknya di tengah jalan; rupanya, sopir mobil itu tidak percaya kepada rambu-rambu itu. Tentu saja, rambu-rambu yang didirikan oleh manusia bisa jadi kurang benar; tetapi ketika Allah berkata, "Kesempatan terakhir," Ia bersungguh-sungguh!
Pasal 15 dan 16 menggambarkan dengan jelas kebenaran Galatia 6:7: "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya." Ketika murka Allah dicurahkan, orang-orang berdosa tidak akan diberi lagi kesempatan untuk bertobat.
Pelbagai komentari membahas apakah pasal 15 dan 16 menceritakan penghakiman sementara atau terakhir. Konteksnya (baik konteks kitab itu dan konteks waktunya) mendukung gagasan bahwa nas itu mengacu kepada kehancuran Kekaisaran Romawi. Klimaks cawan itu adalah jatuhnya Babel, kota besar (16:19), yang tampaknya diidentifikasi sebagai kota Roma di dalam pasal berikutnya (17:9, 18). Namun begitu, sementara umat Kristen abad pertama hampir pasti telah memahami pasal-pasal itu mengajarkan bahwa Allah akan datang dalam penghakiman kepada para penganiaya Romawi mereka, ayat-ayat tertentu (seperti 16:18-21) terdengarnya seperti Hari Penghakiman.
Kita aman dalam membuat tiga penerapan pasal 16. (1) Di zaman Yohanes, pasal itu memiliki penerapan istimewa dan khusus kepada Kekaisaran Romawi. (2) Pasal ini juga menetapkan bahwa Allah tidak akan selamanya menolerir ketidakpedulian dan ketidaktaatan di sisi siapa saja, apakah individu atau bangsa. Pemazmur menulis, "Orang-orang fasik akan dimasukkan ke dalam neraka, dan segala bangsa yang melupakan Allah" (Mazmur 9:17; KJV). Sejarah penuh dengan ilustrasi kebenaran ini. Menurut sejarawan terkenal Arnold Toynbee, dari sembilan belas peradaban yang telah melewati halaman-halaman sejarah, enam belas telah lenyap.17Jim McGuiggan menekankan bahwa "prinsip-prinsip yang diajarkan di dalam kitab ini berlaku kepada hubungan Allah dengan semua bangsa di sepanjang zaman dan sehingga hal itu sama relevannya seperti sebelumnya."18(3) Murka yang dicurahkan di pasal 16 menggambarkan lebih dulu murka Allah terhadap orang-orang durhaka di "hari kiamat" (Yohanes 12:48). Edward McDowell mengatakan, Di dalam Perjanjian Baru tidak harus ada pembagian yang sangat jelas yang dibuat antara ekspresi murka Allah yang duniawi dan terakhir. Murka yang ditampilkan dalam sejarah harus dianggap sebagai mendapat penyempurnaan finalnya dalam penghakiman terakhir. Oleh karena itu, setiap tampilan murka Allah dalam sejarah adalah cita rasa pendahuluan dari murka yang akan datang.19
Masing-masing dari kita harus mempelajari pelajaran tertentu dari pasal ini: (1) Penghakiman adalah pasti. (2) Allah ingin semua manusia datang kepada Dia, dan Ia membuat segala upaya untuk memalingkan kembali kita kepada Dia. (3) Jika kita bertahan dalam menolak rahmat-Nya, hati kita akan mengeras. (4) Ketika itu terjadi, kita akan tidak punya pilihan kecuali menghadapi murka-Nya! Ketika itu terjadi, kita akan mengetahui kebenaran Ibrani 10:31: "Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup"!
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 15:1-8)
Pada waktu ini, seharusnya sudah sangat jelas bahwa kitab Wahyu tidak ditulis untuk menginformasikan kita tentang Iran, Ira...
KESIMPULAN (Wahyu 15:1-8)
Pada waktu ini, seharusnya sudah sangat jelas bahwa kitab Wahyu tidak ditulis untuk menginformasikan kita tentang Iran, Irak, Israel modern atau Mesir, bangsa Arab, Pasar Bersama Eropa, atau perang di Timur Tengah.52Sebaliknya, kitab itu ditulis untuk menghibur dan menguatkan anak-anak Allah pada saat-saat krisis. Umat Kristen di abad-abad permulaan memerlukan kebenaran pasal 15, dan begitu juga kita:
(1) Allah punya rencana.
(2) Allah punya kekuatan untuk melaksanakan rencana-Nya.
(3) Allah sedang mengerjakan rencana-Nya—apakah bagi kita kelihatannya seperti itu atau tidak.
Tetaplah berfokus pada prinsip-prinsip ini, dan Anda dapat mengatasi kesulitan dalam kehidupan!53
PERTANYAAN UNTUK ULASAN & DISKUSI
- 1. Apa sajakah "tujuh malapetaka" yang disebut di ayat 7?
- 2. Tinjaulah kembali sepuluh tulah di Mesir. Apakah tujuan tulah-tulah itu?
- 3. Apa sajakah "tiga siklus penghakiman" di dalam kitab Wahyu? Meskipun tiga siklus itu sejajar, mereka juga berkembang. Bagaimanakah pelajaran ini mengungkapkan perkembangan itu?
- 4. Tinjaulah kembali apa yang kita katakan sebelumnya tentang lautan di depan takhta itu. Apakah pentingnya, jika ada, fakta bahwa lautan itu "bercampur dengan api" di 15:2?
- 5. Inilah terakhir kalinya kecapi disebut di dalam kitab Wahyu. Apakah kecapi ini literal?
- 6. Tinjaulah kembali "nyanyian Musa" yang asli di Keluaran 15. Bagaimanakah pembebasan bani Israel dari perbudakan Mesir sejajar dengan pembebasan kita dari dosa?
- 7. Ketika orang-orang yang menang menyanyikan nyanyian Musa dan Anak Domba, apakah yang menjadi fokus nyanyian mereka? Apakah mereka mengacu kepada pelbagai masalah yang pernah mereka alami? Apakah mereka bertanya, "Tuhan, mengapakah Engkau membiarkan kami menderita?"
- 8. Dapatkah Anda memikirkan contoh-contoh Alkitabiah dan zaman moderen yang menggambarkan pelbagai kebenaran dari syair-syair yang berbeda dari lagu itu?
- 9. Pelajaran itu mengatakan bahwa "diet atas 'diri kita sendiri' yang terus menerus" bisa membuat kita kelaparan dan putus asa secara rohani." Apakah Anda setuju atau tidak?
- 10. Diskusikanlah pakaian tujuh malaikat itu—dan arti apa saja yang mungkin.
- 11. Apakah artinya mengatakan bahwa kemah suci itu dipenuhi dengan asap kemuliaan Allah?
- 12. Menurut Anda pelajaran apakah yang paling penting untuk dipelajari dari pasal 15?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Judul yang paling umum untuk pelajaran ini adalah "Nyanyian Musa Dan Anak Domba." Judul-judul yang serupa mencakup "Nyanyian Pembebasan" dan "Nyanyian Kemenangan." William Hendriksen menekankan lokasinya dalam judulnya, "Dekat Lautan Kaca." G. R. Beasley-Murray menekankan bahasa Keluaran di dalam pasal 15, dengan menggunakan judul "Keluaran Terakhir." Ralph Earle menyajikan garis besar pasal ini: (1) Para Malaikat Yang Menunggu (ay. 1); (2) Orang-Orang Kudus Yang Menang (ay. 2-4); (3) Para Malaikat Yang Muncul (ay. 5-8).
Jika Anda ingin mempersingkat serial ini, Anda bisa mengkhotbahkan atau mengajarkan salah satu pelajaran tentang pasal 15 dan 16, dengan menggunakan materi pilihan tentang pasal 15 sebagai kata pengantar.
Anda juga bisa mengkhotbahkan pelajaran tentang lagu itu saja di pasal itu (ay. 2-4). Nas-nas paralel di dalam Perjanjian Lama bisa disinggung. Contoh-contoh bisa diberikan dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru untuk menggambarkan bagaimana Allah membebaskan umat-Nya di masa lalu—dan contoh-contoh dapat diberikan yang menunjukkan bahwa Allah masih membebaskan umat-Nya sekarang ini.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 15:1, 6 , 7; 16:1-9, 19)
Pelajaran tentang empat cawan murka pertama seharusnya meyakinkan siapa saja bahwa hal yang mengerikan ada...
KESIMPULAN (Wahyu 15:1, 6 , 7; 16:1-9, 19)
Pelajaran tentang empat cawan murka pertama seharusnya meyakinkan siapa saja bahwa hal yang mengerikan adalah Allah mengingat dosa-dosa seseorang. "Tapi aku sudah berbuat dosa!" Anda mungkin menangis. "Harapan apakah yang kumiliki?" Wahyu 16:9 perlu diimbangi dengan Ibrani 8:10-12:
Maka inilah perjanjian yang Kuadakan … demikianlah firman Tuhan. "Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.… Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka." (Huruf miring oleh saya).
Bagaimanakah Anda bisa memastikan bahwa Allah tidak akan mengingat dosa-dosa Anda dalam penghakiman? Pertama, ingatlah kesalahan apa yang Anda telah perbuat (Yehezkiel 36:31),46dan bertobatlah dari dosa-dosa Anda (Lukas 13:3). Selanjutnya, ingatlah apa yang Allah telah perbuat untuk Anda (2 Timotius 2:8), dan berpalinglah kepada Dia dalam kasih dan iman (Yohanes 3:16). Lalu, ingatlah apa yang Alkitab ajarkan (Yudas 17), dan taatilah Tuhan dalam baptisan (Kisah 2:38). Akhirnya, jalanilah kehidupan Kristen yang setia, tetap hidupkan ingatan tentang apa artinya mengasihi dan melayani Dia (Wahyu 2:5). Nama Anda akan tertulis di dalam "kitab peringatan" milik Allah, yang mencatat nama orang-orang yang takut kepada Dia dan menghormati nama-Nya (Maleakhi 3:16)!
Pernah dikatakan bahwa "satu-satunya cara untuk melarikan diri dari Allah adalah dengan melarikan diri kepada Dia":47Satu-satunya cara untuk melarikan diri dari murka Allah adalah dengan melarikan diri kepada rahmat-Nya. Allah ingin menyelamatkan Anda, tetapi Anda harus datang kepada Dia dalam iman dan ketaatan. Jika Anda belum melakukan itu, lakukanlah sekarang juga!
PERTANYAAN UNTUK ULASAN & DISKUSI
- 1. Apakah kebanyakan orang tahu bahwa Allah "mengingat" dosa mereka? Jika mereka tahu, apakah mereka peduli? Haruskah mereka peduli?
- 2. Tinjaulah kembali hubungan antara tujuh meterai, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan.
- 3. Bandingkanlah tujuh sangkakala dengan tujuh cawan. Kesamaan apakah yang mereka memiliki? Dalam hal apakah mereka berbeda?
- 4. Apakah Anda pikir cawan-cawan itu pada dasarnya mengacu kepada penghakiman sementara atau penghakiman akhir? Menurut pelajaran ini, tiga penerapan apakah yang dapat dibuat?
- 5. Tinjaulah kembali kisah sepuluh tulah di Mesir. Bagaimanakah tulah-tulah itu berhubungan dengan Wahyu 16?
- 6. Apa yang terjadi ketika cawan pertama dicurahkan? Siapakah yang menderita ketika cawan itu dicurahkan?
- 7. Apakah gambaran tentang tujuh cawan harus dipahami secara harfiah?
- 8. Apakah yang terjadi ketika cawan kedua, cawan ketiga dicurahkan?
- 9. Bagaimanakah cawan ketiga menggambarkan kebenaran bahwa (1) manusia mendatangkan hukuman keatas dirinya sendiri, dan (2) seringkali "hukuman sesuai dengan kejahatan"?
- 10. Apa yang terjadi ketika cawan keempat dicurahkan? Apa tanggapannya? Apakah sekarang ini manusia masih menyalahkan Allah untuk pelbagai masalah yang mereka datangkan ke atas diri mereka sendiri?
- 11. Apakah yang bisa kita lakukan untuk mencegah Allah "mengingat"dosa-dosa kita?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Berikut ini adalah judul-judul alternatif untuk pelajaran ini: "Allah Kita Adalah Api Yang Menghanguskan" (Ibrani 12:29), "Ketika Allah Berkata, 'Itu Cukup!'"; "Ketika Allah Memberikan Lampu Hijau Kepada Penghakiman"; "Titik Tak Bisa Kembali Lagi." Dengan mengambil satu isyarat dari Batsell Barrett Baxter, pelajaran ini bisa disebut "Sisi Utara Allah Berbadai."
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Gantilah dengan pengalaman Anda sendiri yang tidak mampu untuk memokuskan mata Anda: misalnya, keluar dari kegelapan menuju terang...
Catatan Akhir:
- 1 Gantilah dengan pengalaman Anda sendiri yang tidak mampu untuk memokuskan mata Anda: misalnya, keluar dari kegelapan menuju terang, saat baru bangun tidur, atau setelah terkena pukulan di kepala.
- 2 Kata "tanda" menunjukkan apa yang di luar kebiasaan, apa yang luar biasa. (Lihat catatan tentang "tanda" dalam pelajaran "Kenalilah Musuh Anda," dalam "Wahyu, 6".) Perkataan "besar dan menakjubkan" memperkuat pokok pikiran ini.
- 3 Para malaikat itu tidak benar-benar diberi "malapetaka" sampai ayat 7; ayat 1 berfungsi sebagai keterangan untuk keseluruhan pasal itu.
- 4 Istilah "terakhir" dan "berakhir" akan dibahas paruh pertama pelajaran berikutnya. Anda mungkin ingin lebih dulu melihat sepintas pembahasan itu.
- 5 Gambaran tujuh malaikat dengan cawan itu telah dimasukkan di dalam pelajaran ini. Isi cawan pertama telah dicurahkan (satu malaikat memiliki satu cawan kosong), dan isi cawan kedua sedang dicurahkan. Para malaikat yang wajahnya menengadah menyiratkan dua kebenaran: Mereka tidak bertindak tanpa perintah Allah, dan mereka memuji Allah karena Ia adalah benar dan adil.
- 6 John Risse, "The Last Word on Scripture," Sermon preached at the Southern Hills church of Christ in Abilene, Texas, on 16 September 1990.
- 7 G. B. Caird, A Commentary on the Revelation of St. John the Divine (London: Adam & Charles Black, 1966), 197.
- 8 Pelbagai malapetaka akan disebut lagi di dalam Wahyu 18:4, 8; 21:9; 22:18-tetapi nas-nas itu mengacu ulang pelbagai malapetaka pasal 16.
- 9 Lihat perbandingan tiga siklus itu di dalam pelajaran "Ketika Orang Kristen Berdoa."
- 10 Lihat pelajaran "Ketika Allah Mengingat."
- 11 Beberapa orang percaya bahwa ibadah adalah buang-buang waktu, sehingga "kita seharusnya keluar melakukan sesuatu tentang pelbagai masalah dunia." Kitab Wahyu mengajarkan bahwa salah satu hal paling penting yang dapat kita "lakukan" tentang pelbagai masalah di dunia adalah menyembah Allah!
- 12 Ingatlah bawah kronologi tidak terlalu penting di dalam kitab Wahyu; waktunya penglihatan itu berjalan secara berselang-seling. (Lihat pelajaran "Terima Kasih Allah, Kami Menang!" dalam "Wahyu, 1.")
- 13 Dari waktu ke waktu, kita melihat pelbagai pengingat bahwa apa yang Yohanes lihat tidak literal. Salah satu pengingat itu diberikan di sini dengan kata-kata "bagaikan."
- 14 Lihat catatan tentang 4:6 dalam pelajaran "Menempatkan Segalanya Pada Tempatnya," dalam "Wahyu, 3."
- 15 Hampir tidak perlu disebutkan bahwa adegan ini tidak bisa literal: Air laut itu bisa memadamkan api atau api itu akan menguapkan air laut.
- 16 Karena bahasa Keluaran begitu lazim di dalam pasal ini, beberapa orang percaya bahwa ini menjadi acuan kepada Laut Merah rohani. Adalah memungkinkan, tentu saja, bahwa api tidak memiliki arti simbolis, bahwa ini hanya rincian untuk meningkatkan adegan itu. Di sini beberapa orang melihat kemunculan kumpulan air saat matahari terbenam. Dengan pengalaman Australia saya, saya teringat kepada sebuah benda opal bertaburan "api" (kilatan merah di dalam batu itu).
- 17 Teks itu mendukung "pada"; konteksnya mendukung "dekat." Yang mana saja adalah mungkin dan tidak melanggar nas lainnya.
- 18 "Bilangan namanya" adalah "tanda" yang membolehkan mereka yang mengikuti binatang itu melakukan perdagangan (13:16, 17). Untuk komentar tentang "bilangan namanya," lihat pelajaran "Jumlahnya Tidak Cocok," dalam "Wahyu, 7."
- 19 Lihat catatan kaki nomor 18.
- 20 Sekali lagi kita menekankan bahwa penglihatan tentang para penyembah sorgawi di pasal 15 tidak menggambarkan kaum martir saja, tetapi semua orang yang setia sampai mati (Wahyu 2:10).
- 21 Dikutip dari William Barclay, The Revelation of John, vol. 2, rev. ed., The Daily Study Bible Series (Philadelphia: Westminster Press, 1976), 118.
- 22 Lihat catatan tentang simbolisme kecapi dalam pelajaran "Anak Domba Itu Layak" dalam "Wahyu, 3." Dalam hal ini, perhatikanlah bahwa mereka memegang kecapi, namun tidak disebutkan bahwa mereka memainkan kecapi. Sebaliknya, mereka menyanyi.
- 23 Albertus Pieters, Studies in the Revelation of St. John (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1954), 243.
- 24 George Eldon Ladd, A Commentary on the Revelation of John (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 204-5. Ray Summers said that the harps are "symbolic of praise" (Worthy Is the Lamb [Nashville: Broadman Press, 1951], 184).
- 25 A. Plummer, Pulpit Commentary, vol. 22, Revelation (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1950), 382.
- 26 Musa sering disebut sebagai hamba Allah (Keluaran 14:31; Yosua 14: 7; 1 Tawarikh 6:49; Daniel 9:11).
- 27 Ladd, 205.
- 28 Musa juga menulis lagu-lagu lain yang mungkin tercermin di dalam kata-kata Wahyu 15:3, 4; Ulangan 32; 33; Mazmur 90. Selain ini, menurut tradisi Yahudi (yang tak terilham), Musa menulis Mazmur 91-100.
- 29 Robert Mounce, The Book of Revelation, The New International Commentary on the New Testament Series (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1977), 287.
- 30 Dikutip dari Martin H. Franzmann, The Revelation to John (St. Louis: Concordia Publishing House, 1976), 105.
- 31 Kalimat ini dan dua yang sebelumnya disadur dari Albert H. Baldinger, Preaching From Revelation: Timely Messages for Troubled Hearts (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1960), 84.
- 32 Sifat sebagai "Maha Kuasa" ditujukan kepada Allah sembilan kali di dalam kitab Wahyu, tetapi hanya satu kesempatan lain di dalam Perjanjian Baru (2 Korintus 6:18). Dihadapkan dengan kekuatan dan kekuasaan Roma, umat Kristen perlu diingatkan bahwa yang maha kuasa adalah Tuhan.
- 33 Masalah tekstual muncul di sini. Alkitab KJV menulis "Raja orang-orang kudus." Alkitab NIV menulis "Raja segala zaman." Perbedaan itu tidak penting; Allah adalah Raja atas segalanya.
- 34 Nyanyian ini mirip dengan nyanyian-nyayian di dalam Kitab Mazmur. Empat baris pertama menggunakan format yang disebut "paralelisme sinonim": Baris satu dan tiga pada dasarnya sama, seperti halnya baris dua dan empat.
- 35 Ladd, 205.
- 36 Untuk baris pertama dan kedua, lihat Mazmur 92:5; 98:1; 111:2; 139:14. Untuk baris ketiga dan keempat, lihat Mazmur 145:17. Untuk baris kelima, lihat Mazmur 86:9. Untuk baris keenam, lihat 1 Samuel 2:2; Mazmur 99:3; 111:9. Untuk baris ketujuh, lihat Mazmur 86:9. Untuk baris terakhir, lihat Mazmur 98:2.
- 37 Caird, 198. Caird menggunakan kata "cento" ketimbang "kumpulan." "Cento" adalah karya sastra yang disatukan dari karya-karya beberapa penulis."
- 38 Istilah "setiap" kadang-kadang digunakan di dalam Alkitab dalam pengertian ini (lihat Matius 3:5).
- 39 David Roper, Jesus Christ and Him Crucified (Arvada, Colo: Christian Communications, 1976), 41.
- 40 D. T. Niles, As Seeing the Inpenglihatanble: A Study of the Book of Revelation (New York: Harper & Brothers, 1961), 84.
- 41 Salinan Alkitab NASB saya memiliki catatan tepi tentang "bait suci," yang mengatakan, "tempat kudus."
- 42 Lihat diagram kemah suci dalam pelajaran "Ketika Orang Kristen Berdoa."
- 43 Di dalam 11:19 tempat kudus itu dibuka untuk memperlihatkan Tabut Perjanjian; kali ini, tujuannya adalah untuk membolehkan para malaikat itu pergi.
- 44 Beberapa orang percaya bahwa pakaian itu merupakan pakaian imam, dan hal ini mungkin. Lihat catatan tentang 1:13 di dalam pelajaran "Seorang Seperti Anak Manusia," dalam "Wahyu, 2."
- 45 Jim McGuiggan, The Book of Revelation (Lubbock, Tex.: International Biblical Resources, 1976), 229.
- 46 Yang manakah dari empat makhluk itu yang memberikan cawan-cawan itu kepada para malaikat itu? Teksnya tidak memberitahukan, dan itu tidak masalah. Sebelumnya, masing-masing dari empat makhluk itu memiliki "peranan berbicara" dalam drama itu ketika mereka memanggil empat penunggang kuda (6:1, 3, 5, 7). Sekarang salah satu dari mereka memiliki "peranan non-bahasa," saat ia mengeluarkan cawan-cawan murka dari hadirat Allah.
- 47 Banyak perbedaan antara Allah dan binatang itu disiratkan di dalam pasal ini. Ini adalah salah satunya: Binatang itu akan mati, tetapi Allah "hidup selama-lamanya." Oleh karena itu, yang harus dihormati adalah Allah, bukan binatang itu.
- 48 Lihat catatan tentang empat makhluk itu di dalam pelajaran "Menempatkan Segalanya Pada Tempatnya," dalam "Wahyu, 3."
- 49 Beberapa orang melihat adanya makna tambahan di dalam fakta bahwa cawan-cawan itu berasal dari makhlukmakhluk itu. Mereka menyarankan adanya kaitan antara fakta bahwa makhluk-makhluk itu mungkin adalah simbol segenap alam dan fakta bahwa beberapa cawan itu menggambarkan bencana alam. Namun begitu, mungkin tidak ada arti yang "dalam" dalam fakta bahwa salah satu makhluk itu adalah pengantara antara Allah dan ketujuh malaikat itu.
- 50 Alkitab KJV menulis "botol-botol kecil," yang biasanya dianggap sebagai wadah kecil, berleher sempit.
- 51 Hal yang sama terjadi ketika bait suci itu selesai (lihat 1 Raja 8:10, 11; 2 Tawarikh 5:13, 14). Satu nas yang berkaitan adalah Yesaya 6:4, di mana nabi itu melihat bait suci itu dipenuhi dengan kemuliaan Allah.
- 52 Kalimat ini disadur dari Milo Hadwin, The Overcomers: Sermons on Revelation (Arlington, Tex.: Mission Printing, n.d.), 157.
- 53 Jika Anda menggunakan materi ini dalam khotbah, Anda tentu ingin mendorong para pendengar Anda untuk "menghampiri Allah" (Yakobus 4:8) sehingga Ia dapat memberkati mereka. Mereka yang belum dibaptis ke dalam Kristus perlu dibaptis (Markus 16:15, 16; Kisah 2:36-38; Galatia 3:26, 27). Orang Kristen yang sudah menjadi suam-suam kuku perlu dipulihkan kepada Tuhan dan kepada jemaat Tuhan (Kisah 8:22; Galatia 6:1; Yakobus 5:16).
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 William Barclay, The Revelation of John, vol. 2, rev. ed., The Daily Study Bible Series (Philadelphia: Westminster Press, 1976), 1...
Catatan Akhir:
- 1 William Barclay, The Revelation of John, vol. 2, rev. ed., The Daily Study Bible Series (Philadelphia: Westminster Press, 1976), 126.
- 2 Lihat juga 18:5. Untuk pelbagai istilah yang sama di Perjanjian Lama, lihat Yehezkiel 21:25 and Hosea 9:9.
- 3 Sebelumnya pernah diusulkan bahwa tujuh meterai menghasilkan tujuh sangkakala, sementara tujuh sangkakala menyiapkan tujuh cawan. Lihatlah pembahasan tentang meterai, sangkakala, dan cawan dalam pelajaran "Ketika Orang Kristen Berdoa," dalam "Wahyu, 4."
- 4 Lihat artikel "Mengapa Roma Runtuh," dalam "Wahyu, 1."
- 5 Beberapa penulis tidak melihat adanya interupsi atau interval antara cawan keenam dan ketujuh; mereka berkata bahwa adegan di 16:13-16 adalah bagian tak terpisahkan dari cawan keenam.
- 6 Anda mungkin ingin meninjau kembali pelajaran "Seruan Bangun Oleh Allah," "Sifat Dosa Yang Merusak Diri," "Mencicipi Neraka," dan "Kebodohan Karena Mengabaikan Perintah Allah," dalam "Wahyu, 5."
- 7 "Tayang ulang" adalah istilah yang digunakan untuk mengacu kepada program televisi yang ditayangkan kembali, terutama pada bulan-bulan musim panas. Di negara-negara di mana orang akrab dengan pelbagai acara olahraga di televisi, itilah "putar ulang" dapat juga digunakan.
- 8 Lihat catatan tentang kemajuan tiga seri ini di halaman 3 dalam edisi ini.
- 9 Saya menggunakan "tujuan utama" oleh karena kemungkinan bahwa ungkapan "mereka tidak bertobat" (16:9, 11) menunjukkan bahwa orang-orang itu sudah bisa bertobat. Jika cawan-cawan itu menggambarkan penghakiman sementara (di Kekaisaran Romawi), maka orang-orang yang tidak kena secara langsung bisa belajar dari nasib Roma dan berbalik kepada Allah. Dengan demikian ada kemungkinan bahwa tujuan sekundernya adalah untuk memperingatkan beberapa orang dan membawa mereka kepada pertobatan. Namun begitu, tujuan utamanya adalah untuk menghukum orang-orang yang tidak mau bertobat yang keras hati.
- 10 W. E. Vine, Merrill F. Unger, and William White Jr., Vine's Complete Expository Dictionary of Old and New Testament Words (Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1985), 688.
- 11 Ibid, 26. Vine membuat perbedaan antara kata yang lebih umum untuk "marah" orge, dan thumos, dengan menyebut orge sebagai "kondisi pikiran yang lebih mapan atau tetap, seringkali dengan maksud untuk membalas dendam." Murka Allah (thumos) tidak memiliki motif balas dendam
- 12 Alkitab KJV menulis "dipenuhi," yang tidak secara akurat menyampaikan konsep itu. Alkitab NKJV menulis "komplit."
- 13 The Analytical Greek Lexicon (London: Samuel Bagster & Sons, 1971), 401.
- 14 James M. Efird, Revelation for Today (Nashville: Abingdon Press, 1989), 97.
- 15 Artinya, kata-kata yang digunakan di Wahyu 16 tidak menyelesaikan pertanyaan tentang apakah yang sedang dibahas adalah Hari Penghakiman atau bukan.
- 16 Anda mungkin ingin menyisipkan contoh-contoh dari Alkitab tentang perkataan Allah "Aku sudah muak!" kepada individu dan bangsa-Ahab dan Izebel, Babel, Israel, dan Herodes, misalnya.
- 17 Kalimat ini disadur W. B. West Jr., Revelation Through First-Century Glasses, ed. Bob Prichard (Nashville: Gospel Advocate Co., 1997), 108.
- 18 Jim McGuiggan, The Book of Revelation (Lubbock, Tex.: International Biblical Resources, 1976), 227.
- 19 Edward A. McDowell, The Meaning and Message of the Book of Revelation (Nashville: Broadman Press, 1951), 164.
- 20 Dalam pelajaran sebelumnya, kita menekankan penggunaan bahasa Keluaran di pasal 15 dan 16.
- 21 Anda mungkin ingin mengambil waktu untuk meninjau kembali secara lebih rinci pelbagai tulah asli Mesir.
- 22 Pernyataan ini didasarkan pada kata-kata yang digunakan dalam terjemahan bahasa Yunani Perjanjian Lama (Septuaginta).
- 23 Sebuah ilustrasi dari Malaikat kedua yang menuangkan cawannya dapat ditemukan pada pelajaran sebelumnya.
- 24 Saya minta Watts Brian untuk menggabungkan ilustrasi untuk cawan kedua dan ketiga karena mereka sangat terkait erat. Dalam ilustrasinya, Anda akan melihat tiga malaikat. Yang di sebelah kiri adalah malaikat kedua, yang telah mengosongkan cawannya di atas laut. Yang di tengah sedang mengosongkan cawannya di perairan darat. Yang di sebelah kanan adalah "malaikat yang berkuasa atas air," yang memuji Allah karena bersikap adil. (Tentu saja "malaikat yang berkuasa atas air" mungkin bukan malaikat tersendiri sama sekali; lihat komentar dalam teks pelajaran.)
- 25 Leon Morris, Revelation, rev. ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 188.
- 26 James D. Strauss, The Seer, the Saviour, and the Saved, Bible Study Textbook Series (Joplin, Mo.: College Press, 1963), 222.
- 27 Hal Lindsey, quoted in McGuiggan, 237.
- 28 Ketika sangkakala ketiga berbunyi, air daratan juga menjadi tak bisa diminum-tetapi karena sudah menjadi pahit. Gambaran darah yang digunakan dalam kaitannya dengan cawan ketiga untuk menekankan bahwa "hukuman sesuai dengan kejahatan."
- 29 Seperti di 11:17, istilah ketiga "yang sudah ada" tidak digunakan-karena Tuhan telah datang dalam penghakiman. Lihat komentar tentang 11:17 dalam pelajaran "Sangkakala Terakhir," dalam "Wahyu, 6."
- 30 Kata-kata malaikat itu mirip dengan nyanyian Musa dan Anak Domba dalam pasal 15. Mengenai Allah sebagai "Allah Yang Kudus," lihat 15:4.
- 31 Lihat Nehemia 9:33.
- 32 Ungkapan "orang-orang kudus dan para nabi" bukan satu daftar yang berisi dua kelas orang Kristen, tetapi cara untuk mengatakan "semua orang Kristen, termasuk orang-orang yang memimpin mereka." Para nabi adalah sebagian dari para pemimpin mula-mula gereja (lihat Efesus 4:11).
- 33 Teks aslinya secara harfiah berbunyi "mereka patut" (lihat KJV). Paulus menggunakan kata "patut" dengan cara yang sama dalam Roma 1:32 ketika ia berbicara tentang beberapa yang "patut dihukum mati."
- 34 Ilustrasi ini diambil dari John Risse, "The Final Cycle of Judgment," Pelajaran yang dikhotbahkan di gereka Kristus Southern Hills di Abilene, Texas, pada 2 Juni 1991. Rinciannya berasal dari The 1997 Grolier Multimedia Encyclopedia, s.v. "Pizarro," oleh David G. Basile.
- 35 Ilustrasi ini diadur dari Billy Graham, Approaching Hoofbeats: The Four Horsemen of the Apocalypse (New York: Avon Books, 1985), 242-43.
- 36 Warren W. Wiersbe, The Bible Exposition Commentary, vol. 2 (Wheaton, Ill.: Victor Books, 1989), 610. Anda bisa manambahkan ilustrasi ini.
- 37 Lihat catatan tentang mezbah dalam pelajaran "Anda Punya Pertanyaan? Allah Punya Jawaban!" dalam "Wahyu, 4."
- 38 McGuiggan, 238. (Huruf miring oleh dia.)
- 39 Perhatikanlah selalu kalimat "kepadanya diberi," yang memperkuat fakta bahwa Allah memegang kendali.
- 40 Cawan ini tidak memiliki persamaan dengan tulah Mesir. Yesaya 49:8-10 bisa memberikan latar belakang Perjanjian Lama. Api sering digunakan di dalam Kitab Suci sebagai simbol keadilan Allah. (Lihat Mazmur 97:3-7; 104:4; Yesaya 47:13, 14; 50:11.)
- 41 Anda mungkin ingin menggunakan ilustrasi Anda sendiri tentang penderitaan karena panas matahari. Saya ingat menghabiskan musim panas dengan mencangkuli pohon kapas dan jagung. Udaranya memang panas!
- 42 Untuk persamaan lain Perjanjian Lama, lihat Amos 4:9.
- 43 Kita akan membahas halini lebih panjang lebar dalam pelajaran berikutnya.
- 44 Lagi, ingat bahwa salah satu faktor yang menimbulkan kejatuhan Kekaisaran Romawi adalah bencana alam.
- 45 William Hendriksen, More Than Conquerors (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1954), 194. Itu bahkan bisa ditambahkan bahwa bagi orang Kristen, bencana yang sama mungkin bisa menjadi kesempatan untuk bertumbuh dalam Tuhan.
- 46 Perhatikanlah kata "mengingat" di nas-nas dalam Yehezkiel 36:31, 2 Timotius 2:8, dan Yudas 17. Bila Anda menggunakan pelajaran ini, Anda mungkin ingin membacakan ayat-ayat ini dengan keras dan mengomentari mereka.
- 47 Chuck Colclasure, The Overcomers, quoted in Morris, 190.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) "PENGANGKATAN"
Meskipun banyak tokoh agama berbicara tentang Pengangkatan, jutaan orang tetap bingung dengan istilah itu. Sebenarnya, kata...
"PENGANGKATAN"
Meskipun banyak tokoh agama berbicara tentang Pengangkatan, jutaan orang tetap bingung dengan istilah itu. Sebenarnya, kata "pengangkatan" tidak ada di dalam Alkitab; ajaran tentang Pengangkatan adalah anti-Alkitab. Dr Robert Kuat memberikan definisi doktrin itu:
Yang dimaksud dengan Pengangkatan adalah kedatangan Kristus yang tiba-tiba dan kemungkinan rahasia di angkasa untuk membawa pergi dari bumi tubuh-tubuh yang dibangkitkan dari orang-orang yang telah mati dalam iman dan juga orang-orang kudus yang hidup.1
Namun begitu, menurut Wahyu 1:7, setiap mata akan melihat Tuhan ketika Ia datang-bahkan orang-orang fasik yang telah menikam lambung-Nya! Tidak satu pun tentang masalah ini akan menjadi rahasia! Juga, seperti yang 1 Tesalonika 4:16 tegaskan, akan ada sorak-sorai pujian atas kembalinya Tuhan!
Kaum dispensasi menyatakan bahwa periode Pengangkatan berlangsung selama tujuh tahun. Selama masa ini orang-orang kudus hidup dalam damai, sementara orang-orang berdosa mengalami kesusahan besar di bumi. Sebaliknya, Tuhan mengajarkan di dua perumpamaan Matius 13 bahwa tidak akan ada pemisahan orang baik dan orang jahat sampai hari kiamat tiba. Bacalah dengan seksama cerita tentang lalang dan pukat tersebut. Juruselamat kita menekankan bahwa orang benar dan orang fasik akan hidup berdampingan sampai dipisahkan selamanya ke dalam sorga atau neraka. Di dalam Yohanes 6 Kristus sebanyak empat kali mengacukan hari kiamat itu. Sebelumnya, di dalam Yohanes 5:28, 29, Yesus berjanji bahwa semua orang yang berada di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya dan bangkit pada waktu yang sama untuk menerima penghakiman. Di sana hanya akan ada satu kebangkitan-terdiri dari orang baik dan orang jahat (Kisah 24:15).
Di dalam 1 Tesalonika 4 Paulus membahas secara khusus apa yang akan terjadi terhadap orang-orang kudus itu-baik yang mati maupun yang hidup-ketika sang Penebus datang. Pada halaman berikutnya Alkitab saya, di dalam 2 Tesalonika 1:4-10, rasul yang sama, mengenai masalah yang sama tentang kedatangan Kristus, kepada para pendengar yang sama-gereja Tesalonika-memberitahu kita bahwa ketika (keterangan waktu) Tuhan datang, Ia akan dikagumi oleh orang-orang kudus sementara orang fasik dibanjiri oleh murka Allah! Tidak ada tempat atau waktu yang telah disisihkan untuk apa yang disebut Pengangkatan. (Lihat Ibrani 9:27, 28.)
Di Efesus 4:4 kita ketahui bahwa di dalam agama Kristen ada satu harapan- bukan dua atau tiga, tapi hanya satu! Beberapa orang mengharapkan "bumi Allah yang dimuliakan," sementara yang lainnya dengan penuh gairah mengantisipasi Pengangkatan. Umat Kristen Perjanjian Baru mengharapkan sorga-tempat Maha Kudus (Ibrani 6:19, 20).
Di dalam 1 Timotius 6:13 14 dan 2 Timotius 4:8, kita menemukan beberapa ajaran yang menggabungkan kebangkitan orang mati, upah orang-orang kudus, penampakan Kristus yang penuh kemuliaan (Titus 2:13). Semua ini akan terjadi pada waktu yang sama (1 Korintus 15:52).
Dalam nas langsung setelah teks-bukti utama yang digunakan oleh guru-guru Pengangkatan, 1 Tesalonika 5:2, kita membaca kata-kata yang sangat jelas yang selamanya mengajarkan bahwa orang benar tidak akan diangkat sebelum Hari Penghakiman. (Secara khusus perhatikanlah 1 Tesalonika 5:3, 4, 10.) Sebaliknya, mereka akan hadir bersama orang-orang fasik sampai waktu ketika orang-orang fasik menerima hukuman. Pada waktu yang sama orang-orang benar akan menerima upah mereka.
Injil harus diberitakan oleh anak-anak Allah sampai akhir zaman (Matius 28:20), tetapi ini akan menjadi mustahil jika orang-orang kudus sudah diangkat tujuh tahun sebelum akhir zaman! Ada terlalu banyak masalah dengan pengajaran seperti itu bagi para pengiman Alkitab untuk menerima pelbagai gagasan anti-Alkitab seperti itu. Seperti yang dengan keraskan dinyatakan oleh Dr. Loraine Boettner, Yesus "mengatakan bahwa Ia akan membangkitkan mereka yang percaya kepada Dia pada hari kiamat (Yohanes 6:39, 40, 44, 54). Secara jelas tidak akan ada hari-hari lain setelah hari kiamat.2
Pada suatu hari nanti-pada hari yang hanya diketahui oleh Yehovah-(Matius 24:36), akhir dunia akan datang. Hanya mereka yang hidup dan mati dalam Kristus (lihat Yohanes 8:21; Wahyu 14:13) yang akan siap sedia dan dengan demikian sanggup berdiri (Wahyu 6:17). Betapa tragisnya bila tidak siap dan tidak mampu menyanyikan lagu manis penebusan!
Catatan Akhir:
- Robert Strong, The Presbyterian Guardian (25 February 1942), dikutip dalam Loraine Boettner, The Millennium(Philadelphia: Presbyterian and Reformed Publishing Co., 1957), 159.
- Disadur dari Johnny Ramsey Boettner, 169. (Huruf miring oleh dia.)
BIS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan
dianiaya karena percaya kepada Yesus Krist
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan dianiaya karena percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Maksud utama penulisnya ialah untuk memberi harapan serta semangat kepada para pembacanya, dan juga untuk mendorong mereka supaya tetap percaya pada waktu dianiaya dan ditekan.
Isi buku ini sebagian besar terdiri dari beberapa rangkaian wahyu dan penglihatan yang dikemukakan dengan memakai bahasa perlambang yang dapat difahami artinya oleh orang-orang Kristen zaman itu, tetapi sulit dimengerti oleh orang-orang lain. Pokok pikiran yang dikemukakan dalam buku ini diulang-ulangi dalam bermacam-macam cara melalui berbagai-bagai rangkaian penglihatan. Meskipun terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai tafsiran yang terperinci tentang isi buku ini, namun inti sari pokok pikirannya jelas, yaitu bahwa melalui Kristus, Allah akhirnya akan mengalahkan semua musuh-Nya, termasuk Iblis. Dan apabila kemenangan itu sudah tercapai, Allah akan memberikan surga yang baru dan bumi yang baru sebagai hadiah kepada umat-Nya yang setia.
Isi
- Pendahuluan
Wahyu 1:1-8 - Penglihatan permulaan dan surat-surat kepada ketujuh jemaat
Wahyu 1:9-3:22 - Gulungan buku dan tujuh segel
Wahyu 4:1-8:1 - Tujuh trompet
Wahyu 8:2-11:19 - Naga dan dua ekor binatang
Wahyu 12:1-13:18 - Berbagai-bagai penglihatan
Wahyu 14:1-15:8 - Tujuh wadah amarah Allah
Wahyu 16:1-21 - Hancurnya Babel, kalahnya binatang, nabi palsu dan Iblis
Wahyu 17:1-20:10 - Hukuman terakhir
Wahyu 20:11-15 - Langit baru, bumi baru, Yerusalem baru
Wahyu 21:1-22:5 - Penutup
Wahyu 22:6-21
Ajaran: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu,
sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pend
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu, sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 95-96 sesudah Masehi.
Penerima : Ketujuh jemaat di Asia Kecil (tetapi juga semua jemaat Yesus Kristus di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Wahyu ini terdiri dari 22 pasal. Di dalam Kitab ini, kita dapat melihat dengan jelas apa yang diwahyukan Allah kepadanya tentang apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi kemudian atas seluruh umat manusia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Wahyu
Pasal 1 (Wahy 1:9-12).
Pengajaran tentang apa yang telah dilihat oleh Rasul Yohanes Bagian ini menceritakan tentang rahasia ketujuh bintang dan ketujuh kaki dian emas. (Wahy 1:17-20).
Pasal 2-3 (Wahy 2:1-3:22).
Pengajaran tentang apa yang terjadi sekarang
Bagian ini berisi pesan kepada ketujuh jemaat. Ketujuh jemaat ini menggambarkan keadaan jemaat Kristen di seluruh dunia.
Pasal 4-22 (Wahy 4:1-22:21).
Pengajaran tentang apa yang terjadi di masa depan
Bagian ini berisikan tentang masa depan yang terjadi di dunia, yaitu siksaan besar bagi isi dunia. Setelah malapetaka itu terjadi, Yesus Kristus datang untuk mendirikan Kerajaan Seribu Tahun, dan sesudahnya Iblis dan pengikutnya dihancurkan akhirnya, dunia dan langit ini akan dijadikan baru. Puncak dari isi Kitab Wahyu ini adalah berita dan janji tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
Pendalaman
- Kalau kenyataan akhir dunia ini sudah jelas, yaitu kedatangan kedua kali dari Yesus Kristus ke dunia ini, dengan membawa kemenangan, maka apakah yang akan saudara lakukan dalam penderitaan hidup sebagai orang Kristen? Setia? Ataukah mundur?
- Kalau orang-orang kudus akan diberkati saudara yang ada di dalam kekudusan dan kemenangan Kristuslah yang diberkati. Saudara sekarang berada di pihak yang mana?
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Wahyu?
- Apakah hasil dari mempelajari Kitab Wahyu?
- Bagaimanakah keadaan ketujuh jemaat itu?
- Apakah janji Tuhan Yesus akan kedatangan-Nya?
- Apakah yang akan dialami oleh orang percaya setelah dunia in diperbaharui?
Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui di
Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.
Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui dirinya sebagai rasul Yohanes, dan beberapa orang mengemukakan bahwa penulisnya adalah Yohanes yang lain, sebab:
1. Bahasa Yunani yang dipakai dalam Wahyu sangat tidak biasa, tidak seperti bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes.
2. Dalam Injil, Yohanes tidak pernah menuliskan namanya.
3. Ciri-ciri tema dari Injil Yohanes, yaitu kasih dan kebenaran, hampir tidak muncul dalam Wahyu. Tetapi, keberatan-keberatan ini mudah dijawab. Bahasa Yunani yang dipakai sengaja tidak seperti biasanya -- bukan bahasa Yunani yang jelek -- karena menuliskan nubuatan. Kedua, Injil pada dasarnya adalah biografi dari Yesus, dan Yohanes tidak ingin memasukkan dirinya ke dalam tulisan itu. Tetapi, Wahyu merupakan penyataan yang diberikan kepada seseorang, tentu nama orang itu memberikan keabsahan pada wahyu itu. Ketiga, kita tidak mungkin mengharapkan kasih menjadi tema kunci dari suatu kitab yang berbicara mengenai penghakiman!
PENERIMANYA.
Kitab ini berisi tujuh surat kepada tujuh jemaat (lebih tegasnya kepada 'para malaikat' mereka) di Asia. Terdapat banyak jemaat di Asia, tetapi hanya tujuh yang dipilih, pertama karena angka tujuh menyatakan kesempurnaan atau keutuhan; tujuh melukiskan seluruh jemaat dalam sepanjang sejarah, dan kedua, sebab ke tujuh jemaat tersebut melambangkan seluruh ragam jemaat jemaat sepanjang zaman, mulai dari jemaat di Smirna, yang tidak ada hal buruk disebutkan, sampai jemaat di Laodikia, yang tidak ada satu hal baik pun disebutkan.
WAKTU PENULISAN.
Kitab ini ditulis pada saat yang bersamaan dengan memuncaknya penganiayaan atas jemaat-jemaat. Kristen sudah mengalami aniaya, tetapi sekarang mereka harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Penganiayaan pertama yang terbesar terjadi di bawah pemerintahan Kaisar Nero dan seolah-olah tercermin dalam kitab itu -- mungkin dengan angka '666' yang misterius itu (13:18). Ada penganiayaan kedua yang lebih kejam, yaitu di bawah Kaisar Domitian yang berlangsung dari tahun 91-95 M. dan banyak orang berpendapat bahwa Yohanes menulis kitab ini pada masa tersebut.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Kitab ini mewakili tulisan Yahudi yang khusus. Kitab ini berisi wahyu; suatu penyingkapan, suatu penyataan, tetapi ditulis dalam bentuk yang gamblang dan puitis. Sukar untuk memahami tulisan ini, tetapi kitab ini sangat penting untuk dipelajari oleh Kristen jika ia ingin mempelajari sejarah dengan benar.
Pesan
1. Menafsirkan kitab Wahyu.Kitab ini berisi banyak simbol di antaranya yang paling menonjol adalah angka
tujuh:
o Tujuh gereja. Wah 1:4
o Tujuh roh. Wah 1:4
o Tujuh kaki dian. Wah 1:12
o Tujuh bintang. Wah 1:16
o Tujuh meterai. Wah 5:1
o Tujuh tanduk. Wah 5:6
o Tujuh malaikat. Wah 8:2
o Tujuh sangkakala. Wah 8:2
o Tujuh guruh. Wah 10:3
o Tujuh kepala. Wah 12:3
o Tujuh malapetaka. Wah 15:1
o Tujuh cawan emas. Wah 15:7
o Tujuh raja. Wah 17:10
Selain itu, masih mungkin kita temukan hal-hal yang berhubungan dengan angka
tujuh dalam kitab ini, yang tidak dijelaskan secara khusus. Angka tujuh berarti
keutuhan, kesempurnaan. Angka itu merupakan angka Allah, seperti juga halnya
dengan angka enam adalah angka manusia.
Kitab ini harus dimengerti sebagai kitab yang membangkitkan semangat pada
saatsaat penganiayaan. Bahkan kitab ini menandaskan bahwa keberadaan Nero dalam
sejarah adalah bagian dari rencana Allah.
Dan, kitab ini menekankan tentang penghakiman: pada puncaknya Allah akan
menuntut perliitungan. Pembohong, penipu, orang-orang yang amoral seakan-akan
terlepas dari penghukuman. Dan, kita sering kali menjadi tidak sabar' Berapa
lamakah?'(Wah 6:10). Hari penghakiman mereka sudahditetapkan.
2. Empat pola penafsiran.
o Wahyu sebagai sejarah menafsirkan Wahyu seolah-olah ditujukan kepada Kristen
penerimanya di abad pertama. Petunjuk-petunjuk sejarah hanya untuk orang dan
peristiwa-peristiwa saat itu. Semua rahasia tentang Wahyu dimengerti oleh para
pembaca pertamanya tetapi kita tidak perlu berharap untuk melihat kesesuaian
wahyu tersebut secara rind dengan zaman kita sekarang.
o Wahyu sebagai nubuatan menafsirkan Wahyu sebagai kitab yang membeberkan garis
besar jangka panjang jalannya sejarah, dimulai dari abad pertama dan melaju
dengan pasti sampai pada masa kini terus sampai pada akhir zaman.
o Wahyu sebagai pemaparan masa depan. Sama sekali tidak memandangnya sebagai
kitab yang menyinggung sejarah tetapi semata membicarakan akhir zaman.
o Wahyu berlsikan lambang-lambang. Wahyu dipandang sebagai sesuatu yang penuh
dengan lambang-lambang yang masing-masing harus ditafsirkan tersendiri dan
tidak mempunyai hubungan dengan sejarah dunia. Mungkin tak satu pun dari
pandangan- pandangan di atas yang memuaskan. Pandangan sejarah membuat Wahyu
hanya sedikit berguna bagi kita, dan pandangan masa depan membuat kitab ini
hanya cocok untuk Kristen yang hidup pada akhir zaman.
Tetapi nubuat-nubuat sering mempunyai dua pokok acuan, yaitu: kejadian yang
segera akan terjadi dan yang masih jauh. Nubuatan Yesaya yang terkenal tentang
seorang anak (Yes 7:14) menunjuk kepada seorang wanita muda pada zaman Yesaya
dan kepada Maria, ibu Tuhan Yesus. Nubuatan-nubuatan ini juga menunjuk ke
pemerintahan Domitian maupun ke kejadian-kejadian di akhir zaman.
3. Angka misterius 666 (Wah 13:10).
Teka-teki ini tergantung pada fakta bahwa baik bahasa Ibrani maupun Yunani,
huruf-huruf abjad juga dipakai untuk bilangan. Oleh karena itu, tiap-tiap kata
mempunyai nilai bilangan dan setiap angka bisa merupakan suatu kode untuk kata
tertentu. Kaisar Nero, jika ditulis dalam bahasa Ibrani, berjumlah 666. Titus
merupakan pemecahan lain, dan kali ini dalam bahasa Yunani, dan kata ini
menunjuk kepada kaisar ketiga yang bernama Titus Domitian.
Penerapan
Berita dalam Wahyu sederhana: semua sejarah adalah 'Sejarah-Nya', sudah ditulis dan akan berakhir dengan penghakiman untuk seluruh dunia. Dan dalam terang pengetahuan ini Kristen harus mendapatkan penghiburan, terutama di saat-saat penganiayaan.
Tema-tema Kunci
1. Babel.
Kejatuhan Babel di gambarkan secara rinci dalam pasal 18, 19. Pakailah konkordansi untuk mempelajari ajaran Alkitab tentang Babel. Mulailah dari Kejadian 11, perhatikan bahwa Babel adalah Babilonia. Terutama perhatikan nubuatan Yesaya mengenai Babilonia. Dalam Wah 18:1-24 tunjukkanlah tujuh ratapan untuk Babel, mulai dengan ratapan malaikat dalam ayat 1-3.
2. Malapetaka.
Bandingkan ketujuh malapetaka dalam pasal 16 dengan sepuluh malapetaka dalam Keluaran 7-11. Perhatikan bagaimana bagian Wahyu ini sengaja dihubungkan dengan kejadian dalam Keluaran (lihat Wah 15:2-4). Mengapa penglihatan mengenai penghakiman dihubungkan dengan Keluaran yang biasanya dianggap sebagai peristiwa penyelamatan?
3. Dua orang saksi.
Ada pasal yang membuat kita penasaran (Wah 11:1-13), yang menggambarkan dua orang saksi yang juga disebut sebagai dua orang nabi, walaupun nama mereka tidak pernah disebut. Beberapa penafsir menafsirkan bahwa dua saksi ini adalah dua jemaat; yang lain lebih cenderung untuk menafsirkan mereka sebagai nabi Perjanjian Lama yang kembali ke bumi. Musa dan Elia dianggap sebagai kedua saksi itu. Mengapa mereka berdua? Apa penjelasan lebih lanjut tentang hal ini yang dikemukakan dalam Zakharia 4?
4. Pohon kehidupan.
Alkitab dimulai dengan sebuah taman (Kej 2:8) dan berakhir dengan sebuah taman (Why 22). Bandingkan dan tunjukkan perbedaannya antara dua pasal pertama dengan dua pasal terakhir Alkitab.
5. Tuhan Yesus Kristus.
Pelajarilah seluruh kitab dan buatlah sebuah daftar dari nama-nama dan julukan bagi Yesus. Alfa dan Omega (huruf pertama dan ter akhir dalam abjad Yunani), keturunan Daud dan lain-lain. Khususnya perhatikan gelar utama: Anak Domba (28 kali). Apa arti penting dari gelar ini (lihat juga Yoh 1:29-37); Ibr 9:1-28; 1 Kor. 5:7; 1 Ptr. 1:18, 19)? Tetapi perhatikan cara indah kitab ini menggambarkan kemuliaan Yesus, ditutup dengan sebuah petunjuk sederhana kepada Tuhan (kemuliaan-Nya) Yesus (kerendahanhati-Nya). Amin.
Datanglah Tuhan Yesus!
Garis Besar Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3Pengantar
Wah 1:4-8Salam
Wah 1:9-20Penglihatan yang pertama
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:
[1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3 | Pengantar |
Wah 1:4-8 | Salam |
Wah 1:9-20 | Penglihatan yang pertama |
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:1-3:22
[3] PENGLIHATAN TENTANG SURGA Wah 4:1-11
[4] TUJUH METERAI Wah 5:1-8 :5
Wah 5:1-14 | Pendahuluan: kitab dan singa |
Wah 6:1-17 | Enam meterai dibuka |
Wah 7:1-17 | Pemeteraian simbolis orang-orang kudus |
Wah 8:1-5 | Meterai ketujuh dibuka |
[5] TUJUH SANGKAKALA Wah 8:6-11:19
Wah 8:6-9:21 | Enam sangkakala berbunyi |
Wah 10:1-11:14 | Tujuh guruh dan dua saksi |
Wah 11:15-19 | Sangkakala ketujuh |
[6] TUJUH TANDA Wah 12:1-14:20
Wah 12:1-6 | Perempuan yang berselubungkan matahari |
Wah 12:7-12 | Setan diusir |
Wah 12:13-17 | Peperangan antara Setan dan Sang Putra |
Wah 13:1-10 | Binatang yang keluar dari laut |
Wah 13:11-18 | Binatang yang keluar dari bumi |
Wah 14:1-5 | Penglihatan tentang Anak Domba |
Wah 14:6-20 | Penglihatan tentang panen |
[7] TUJUH CAWAN Wah 15:1-16:21
Wah 15:1-8 | Tujuh malaikat |
Wah 16:1-21 | Tujuh cawan dan tujuh malapetaka |
[8] PEMERINTAHAN DAN KEHANCURAN ANTI KRISTUS Wah 17:1-20:15
Wah 17:1-18 | Penghakiman atas pelacur |
Wah 18:1-19:5 | Jatuhnya Babel |
Wah 19:6-10 | Pernikahan Anak Domba |
Wah 19:11-20:15 | Kemenangan Allah |
[9] KOTA ALLAH Wah 21:1-22:5
Wah 21:1-4 | Pernyataan tentang kota itu |
Wah 21:5-8 | Kemurnian kota itu |
Wah 21:9-27 | Kesempurnaan kota itu |
Wah 22:1-5 | Air kehidupan |
[10] PENUTUP Wah 22:6-21
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi